PENGELOLAAN
KELAS
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah
Managemen Kesiswaan.
Dosen Pembimbing : Suyoto, SPd.

Di susun oleh :
Kelompok IX
Kelas IIIG
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOREJO

MOTTO
¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÏ%©!$# (#qs)¨?$# tûïÏ%©!$#¨r Nèd cqãZÅ¡øtC ÇÊËÑÈ
Artinya
: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan.” (Q.S. An-Nahl/16:128)
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya
: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al
Qalam/68:4)
Nama
anggota kelompok :
1.
Wahy Daniyah (112144371)
2.
Aris Firman Nasukha (112144395)
3.
Ita Daniati (112144400)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Alhamdulillah, segala
puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengelolaan Kelas”.
Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok Managemen Sekolah. Keberhasilan ini
tidak terwujud tanpa adanya bimbingan, kerjasama, dan bantuan dari pihak lain.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Suyoto,
S.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Managemen Kesiswaan yang telah
membimbing dengan penuh ketelitian dan penuh kesabaran.
2. Kedua
orangtua yang telah mendidik dan memberi doa restu.
3. Seluruh
staf Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang memfatilitasi
peminjaman buku.
4. Teman-teman
kelas 3G yang memberikan masukan saran dan kritik.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat kami gunakan untuk perbaikan dalam
menyusun makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pemerhati Pendidikan pada umumnya, serta harapan penyusun makalah
merupakan sebuah wujud pengabdian kepada Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Purworejo , Setember 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
MOTTO....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Pengelolaan Kelas
1.
Definisi Pengelolaan Kelas
2.
Pespektif Pengelolaan Kelas
a)
Pespektif Sejarah
b)
Pespektif Psikologi
c)
Menetapkan Aturan
d)
Konsekuen
e)
Penguatan
3.
Komunikasi
a)
Harapan-harapan
b)
Komunikasi nonverbal
B.
Memusatkan Perhatian pada Tingkah Laku
C.
Masalah Waktu dalam Pengajaran
D.
Peraturan dan Tingkah Laku di dalam
kelas
1)
Mengembangkan system pengelolaan
kelas
yang efekti
2)
Rencana sebelum dimulai ajaran baru
3)
Kegiatan pada ajaran baru
4)
Mempertahankan sistem pengelolaan kelas
yang efektif sepanjang tahun yang efektif
E.
Kedisiplinan
1)
KedisiplinanKepemimpinan dalam kelas
2)
Struktur dan kebebasan
3)
Mengatur tingkah laku tidak tepat
F.
Program Khusus untuk Pengelolaan Kelas
G.
Mengidentifikasi masalah-masalah di
kelas
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Mengelola
kelas adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa
belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar
terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang
mengganggu salama pengajaran.
Dari rumusan tersebut, pengelolaan kelas juga mempunyai tujuan, yang
dilakukan oleh guru, antara lain :
1.
Agar
proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses
belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.
Untuk
memberi kemudahan (fasilitasi), uapaya memanatu kemajuan peserta didik dalam
proses pembelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru memperoleh kemudahan
mengamati setiap kemajuan belajar sebagai suatu proses yang gradual yang tidak
bersifat temporer dan sementara.
3.
Untuk
member kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan
pembelajaran pada masa yang akan dating.
- Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pentingnya Pengelolaan Kelas
2.
Untuk
mengetahui tujuan Pengelolaan Kelas
3.
Mengetahui
pemusatan Perhatian pada Tingkah Laku
4.
Mengetahui
Kedisiplinan Kelas
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang manajer yang
efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan menyusun kegiatan untuk menemukan
tujuan dan sasaran khusus. Di samping itu, harapan orang tua dan masyarakat
supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka
sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah. Mengelola kelas
adalah suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar.
Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu,
dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu
selama pengajaran.
Guru
membutuhkan keterampilan yang sama seperti ahli teknik atau direktur sebuah
stasiun televisi. Guru kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama
mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel yang hanya mewakili dari beberapa
kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari:
1) Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
2) Melanjutkan interaksi dengan siswa
3) Melaksanakan pengajaran
4) Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
5) Mengembangkan tata tertib
6) Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk
mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar
7) Mengorganisasi
waktu dan materi pelajaran
8) Membuat
tes dan melakukan penilaian.
1.
Definisi Pengelolaan Kelas
Berdasarkan
penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson (1981),
pengelolaan kelas didefinisikan seperti berikut.
a)
Tingkah
laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena ketertiban
siswa di kelas.
b)
Tingkah
laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
c) Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Definisi ini
mempunyai tiga komponen yang jelas yang mencakup pokok-pokok penting yang
sesuai dengan nomor 1, 2, dan 3.
a)
Keterlibatan
siswa secara aktif
Definisi ini
menekankan kebutuhan akan aktivitas guru untuk melibatkan siswa dalam proses
belajar. Siswa yang aktif belajar hanya mempunyai kesempatan sedikit untuk
tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku menyimpang. Memerintahkan siswa
untuk tetap melaksanakan tugas adalah aspek penting dalam pengajaran dan
pengelolaan kelas.
b)
Sedikit
gangguan
Definisi kedua dari
pengelolaan kelas memusatkan perhatian akan kebutuhan untuk menciptakan
lingkungan yang teratur untuk belajar. Guru tidak berhenti mengajar dan
siswa juga tidak berhenti belajar. Di
dalam kelas selalu ada saja yang namanya gangguan atau kekacauan.
Sebagian besar masalah sebetulnya hanya merupakan hal yang biasa-biasa saja
atau normal-normal saja. Hampir semua siswa, walaupun mereka dapat menyesuiakan
diri, tetap saja melakukan hal-hal,
seperti berbicara dengan teman, tertawa, mengunyah permen karet, membadut, lupa
membawa pensil, terlambat, keliling kelas atau bermain-main walaupun sedang mengerjakan tugas. Memang
tidak bisa dipungkiri bahwa ada masalah lain yang lebih serius, seperti
merusak, menolak untuk mengerjakan tugas, bermusuhan dengan guru, mengisap
ganja, membolos, dan berkata-kata cabul.
c)
Penggunaan waktu belajar yang efisien
Banyak waktu yang terbuang selama pengajaran tiap
hari. Pendekatan yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan waktu meliputi
prosedur sebagai berikut. Ketika sisw masuk kelas, mereka akan membaca tugas
yang telah ditulis guru di papan tulis atau membaca tugas yang diletakan guru
di tiap bangku siswa. Guru berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa secara
individual sellama yang ain mengerjakan tugas.
2.
Perspektif
Pengelolaan Kelas
Perspektif pengelolaan kelas terdiri
atas dua yaitu, perspektif sejarah dan perspektif psikologi.
a) Perspektif
Sejarah
Pengaturan kelas dan disiplin telah banyak ditukis
selama akhir abad 20. Walaupun demikian sekolah dan pengelolaan kelas masih
diteliti, dan didiskusikan dan diperdebatkan dalam tulisan sejak adanya wajib
belajar sekolah. Arthur C (1990) dalam buku The
Management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat-sifat dan
ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Berikut
adalah sifat-sifat yang diharapkan oleh siswa :
1) Sikap
Tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stres.
2) Teguh
dan Tegas. Siswa menaruh hormat kepada guru yang teguh pendirian dan tegas
dalam bertindak
3) Rajin
dan Kuat. Guru yang rajin dan semangat dalam bekerja akan menjalar pada
siswa-siswanya
4) Gembira.
Guru yang gembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang maksimal
5) Simpati.
Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul-betul wajar yang
secara jujur guru ingin mendapatkan pandangan dari sudut siswa
6) Hangat.
Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang
lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa
7) Waspada.
Guru mempunyai ketajaman mata, telinga, dan persepsi yang terlatih.
b)
Perspektif
psikologi
Perkembangan
teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi. Dua
teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas
berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun Rogers telah membuat
program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk
pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori ini.
Reinforcement . B. F Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari
lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau
diubah. Siswa memperlihatkan bermacam-macam tingkah laku dikelas. Contoh, jika
guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, beberapa siswa mengacungkan tangan
mereka, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya
adalah wajar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab
mengacungkan tangannya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan
menganggu saat tanya jawab. Dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya akan memberi
kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih
dahulu. Reinforcement kemungkinan
menambah tingkah laku khusus yang akan berlanjut pada waktu yang akan datang.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktik
pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah
laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa
dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforcer yang digunakan untuk mengubah
tingkah laku siswa, meliputi hadiah (reward) untuk tingkah laku yang tepat atau hukuman
untuk tingkah laku yang tidak tepat.
c)
Menetapkan Aturan
Seorang
guru yang efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok (paling sedikit lima
atau enam) dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif.
Seperti lampu jalan yang digunakan untuk memberikan kesempatan yang sama pada
setiap mobil untuk masuk dan pergi pada persimpangan jalan, aturan kelas
dibutuhkan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk
belajar.
Siswa
melihat guru sebagai model. Seorang guru yang konsisten dalam memperkuat
aturan-aturan kelas akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
dengan tenang tanpa gangguan. Sikap untuk terus konsisten tidak mudah dan
memerlukan usaha terus-menerus.
Aturan-aturan. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara positif. Contoh:
“Bawa pensil, buku, dan kertas folio ke kelas,” “Angkat tanganmu,” jika ingin
menjawab “ Jangan lari-lari dalam kelas” (untuk anak-anak TK) adalah contoh
dari aturan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat negatif. Peraturan ini
mengatakan siswa apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi gagal untuk
mengembalikan tingkah laku yang tidak tepat. Peraturan ini penting bagi siswa
dengan harapan siswa dapat melaksanakn dengan senang hati. Peraturan seharusnya
ditempatkan pada papan yang dapat dilihat oleh semua siswa.
Tiga pendekatan. Menetapkan peraturan pada hari pertama sekolah memberikan suatu kerangka
kerja untuk siswa. Peraturan bertindak sebagai penuntun bagi tingkah laku yang
dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Membiarkan siswa
untuk mengembangkan aturan akan mendorong siswa berpartisipasi.
Banyak
guru membuat serangkaian aturan bagi siswa ketika mereka bertemu siswa untuk
pertama kali. Paling sedikit ada tiga cara di mana guru dapat menetapkan aturan
untuk kelas.
1)
Guru
mempersiapkan aturan dan menyampaikannya kepada siswa pada hari pertama. Waktu
dihabiskan guru untuk meninjau dan menjelaskan aturan.
2)
Guru
dapat menetapkan aturan sendiri, tetapi pertama siswa harus mendiskusikan dan
meninjau kebutuhan akan aturan dan prosedur.
3)
Guru
menyampaikan 3 atau 4 peraturan, dimana dia percaya bahwa peraturan itu penting
dan membolehkan kelas menambah 2 atau 3 peraturan pada daftar yang mereka yakini
sebagai suatu kebutuhan.
Tanpa memandang
prosedur yang digunakan dalam menetapkan aturan dikelas, kunci untuk menentukan
aturan adalah kemampuan guru untuk “mengajar” dan kemudian mempraktikan aturan-aturan
tersebut dengan siswa ketika dia mengajar matematika, ilmu pengetahuan atau
pelajaran bahasa Inggris.
d)
Konsekuen
Guru
mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk
tingkah laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah
laku siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal, menambah
pekerjaan rumah, penahanan untuk beberapa waktu, atau hukuman badaniah. Semua
bentuk hukuman ini dimaksudkan supaya siswa ikut ambil bagian dalam mencapai
tujuan sekolah dengan menggunakan tambahan tugas akademik atau tetap tinggal
setelah sekolah usai. Hukuman penahanan bermaksud untuk menyelesaikan masalah
agresif yang kemungkinan berkembang lebih besar untuk masa yang akan datang.
Peringatan verbal dari guru mempunyai maksud untuk menghapuskan kembalinya
tingkah laku yang tidak tepat. Kesalahan
yang dibuat beberapa guru tanpa disadari kadang-kadang menemukan dirinya sendiri
berteriak kepada siswa.
Guru
dapat menetapkan hierarki 5 atau 6 konsekuen untuk pelanggaran aturan dikelas.
Guru mungkin menyimpan buku dan catatan atau daftar aturan yang telah dilanggar
siswa pada waktu pelajaran. Siswa ditanya untuk menulis aturan-aturan yang
telah mereka langgar atau mereka ditanya apakah mau membawa catatan ke rumah
untuk menjelaskan kepada orang tua masalah pelanggaran yang terjadi di kelas
dan mengganggu proses belajar-mengajar. Konsekuen yang harus diterima siswa
karena telah melanggar aturan harus cocok dengan pelanggaran yang dilakukan.
Dalam hal ini, pencegahan adalah kunci dalam pengelolaan kelas yang efektif.
Sebaiknya, kita tidak bergantung pada konsekuen yang berlebihan, sebab dapat
mengarah pada lingkungan belajar yang menakutkan. Menciptakan keseimbangan
antara aturan, konsekuen, dan hadiah adalah penting.
e)
Penguatan
Guru
sebagai pemeran model adalah penting, terutama untuk tingkat sekolah dasar.
Pemeran model ini penting bagi guru dalam mencegah tingkah laku yang tidak
tepat. Pujian guru kepada siswa yang melakukan tugasnya dengan baik
kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif.
Hadiah
(reward). Sudah bertahun-tahun guru
menggunakan beberapa metode untuk memperkuat atau memberikan hadiah terhadap
tingkah laku siswa yang tepat. Guru, kepala sekolah, observer telah melaporkan bahwa suasana positif yang diciptakan
oleh pujian verbal dan sistem reinforcement
untuk mengurangi sejumlah masalah pengelolaan kelas berhasil baik.
Penggunaan
teknik pengubahan tingkah laku di kelas perlu diperhatikan. Penggunaan hadiah
dan sistem mengabaikan tingkah laku dikelas mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, antara lain sebagai berikut.
1)
Siswa
mungkin menjadi sangat tergantung pada pujian atau hadiah untuk tingkah laku
yang tepat.
2)
Peranan
guru sebagai pengontrol mungkin tidak cocok dengan filsafat guru.
3)
Biaya
yang dikeluarkan guru yang menggunakan hadiah nyata mungkin tinggi.
4)
Sistem
mungkin tidak membantu kepercayaan diri dan kemandirian siswa.
5)
Hadiah
tidak konsisten dengan prinsip memilih bebas secara demokratis, ekspresif, dan
mandiri.
Beberapa pendidik selama ini mengembangkan
program pengelolaan kelas berdasarkan pandangan B. F. Skinner (1953), pendidik
lain mengikuti jalur Carl Rogers (1969), yang menekankan kebutuhan akan
kegiatan penyerahan diri (self- directed)
bagi individu. Rogers menaruh perhatian pada konsep diri (self-concept) siswa dan pada pemberian arti pengalaman belajar.
Rogers melihat peranan guru sebagai fasilitator lebih dari pada sebagai orang
yang berwenang (authoritative).
William
Glasser, dalam buku Control Theory in the
Class room (1985) menjelaskan bahwa siswa adalah seorang yang rasional yang
dapat mengontrol tingkah laku mereka. Bahkan jika kehidupan siswa jauh dari
sekolah yang suram dan menyedihkan, dia akan bekerja jika dia menemukan sekolah
yang memuaskan. Tujuan dari sekolah menurut Glasser adalah memungkinkan siswa
untuk membuat pilihan yang baik tentang tingkah laku mereka dan
kegiatan-kegiatan di kelas dan dalam hidup dan mengerti konsekuensi dari
tingkah laku yang tidak tepat.
Kesalahan tujuan. Rudolf Dreikurs (1982) dan teman-temannya melihat
tingkah laku menyimpang oleh siswa sebagai hasil dari empat kesalahan tujuan,
yaitu :
1)
untuk
mendapatkan perhatian yang tidak semestinya atau tidak pantas,
2)
untuk
mencari kekuatan,
3)
untuk
membalas dendam, dan
4)
untuk
menunjukkan ketidakmampuan (nyata atau diasumsikan).
Anak mungkin tidak menyadari tujuan ini
sampai tujuan ini dibawa ke perhatiannya. Dreikurs menyarankan sebaiknya guru
merespons tingkah laku siswa yang ingin mendapatkan perhatian dengan
merefleksikan tingkah laku kembali kepada siswa.
Dreikurs berbicara
tentang tiga tipe guru: otoriter, serba membolehkan (permissive), dan demokratis. Dia percaya bahwa guru yang otoriter
akan memaksa siswa untuk menaati yang pada waktu itu masalah yang timbul tidak
ada. Guru yang permissive menciptakan
masalah ketika tidak ada batas yang konsisten yang ditetapkan untuk kegiatan
sehari-hari di kelas. Guru yang demokratis adalah seorang manajer yang paling
efektif, karena guru menjadi pemimpin dalam kelas, memberi contoh, dan
mengundang siswa untuk ikut berpartisipasi melalui pembuat keputusan yang
efektif. Aturan dan konsekuensi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan
oleh karena itu harus menjadi bagian dari kelas. Kebebasan dalam kelas membawa
tanggung jawab karena merupakan jantung dari masyarakat demokratis.
3. Komunikasi
Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok
siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar
dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai
tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien
mungkin, dan mengatur jalannya interaktif antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.
a)
Harapan-harapan
Komunikasi
guru dengan siswa melalui kata-kata verbal dan nonverbal, dalam hubungannya
dengan cara guru mengorganisasi kelas. Siswa juga mempunyai harapan terhadap
lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa mempunyai
persepsi terhadap masalah lingkungan sekolah, organisasi kelas, dan terhadap
disiplin sekolah. Guru dapat bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana
kira-kira persepsi siswa terhadap pekerjaan guru sebagai pengajar sebagai
berikut.
1)
Bagaimana
persepsi siswa jika begitu masuk kelas siswa segera diberi tahu tentang tugas
hari ini?
2)
Apakah
siswa mengatakan kebaikan, jumlah, mutu, pekerjaan selama periode waktu itu?
3)
Apakah
siswa tahu bagaimana bahan pelajaran disampaikan di kelas dan bahan-bahan apa
yang mereka harus bawa ke kelas?
4)
Apakah
siswa tahu di mana dia harus duduk, di kelompok mana dia harus masuk, kapan
bekerja sendiri, dan kapan bekerja dengan kelompok?
5)
Apakah
siswa menyadari akan harapan guru terhadap tingkah laku mereka?
Berikut daftar dari suatu survei
terhadap pengelolaan kelas yang diadaptasi dari Rick Curvin dab Barbara
Fuhrmann (1987). Item sebagian besar
dikutip oleh guru-guru SD dan SMP yang meliputi (1) tujuan, (2) respek, (3)
ketertiban, (4) keterbukaan, (5) keamanan, dan (6) perhatian. Kita akan
membicarakan setiap bidang ini dan menggambarkan bagaimana kita dapat mengembangkan
harapan-harapan yang dapat diwujudkan untuk siswa-siswa kita.
b) Komunikasi nonverbal
Komunikasi
nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak
ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan
tubuh dari guru, siswa akan selalu merespon informasi nonverbal.
Interaksi nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan
nonverbal. Guru mungkin memuji secara nonverbal. Beberapa pujian di kelas dapat
dikomunukasikan secara nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa
menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa siswa pada jalan
yang be3nar. Gerakan tangan dapat diartikan dengan dorongan. Guru juga
mengomunikasikan perasaan negatif dengan cara nonverbal. Nada suara guru yang
marah menunjukkan bahwa dia tidak senang. Menata dan mengerutkan dahi berarti
mengharapkan siswa menghentikan tingkah laku negatif. Dalam berkomunikasi, guru
kadang-kadang menggunakan bentuk nonverbal dalam mengelola kelas.
Pengaturan nonverbal. Guru dapat menggunakan 3 kunci strategi mana pun pada
tingkat apa pun untuk menghentikan tingkah laku.
1)
Kedekatan Fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama siswa
duduk mengerjakan tugas. Siswa akan kurang melakukan pelanggaran-pelanggaran
kecil, seperti berbicara, jika melihat guru mereka aktif memonitor pekerjaan
akademik dan tingkah laku mereka.
2)
Kontak mata. Guru membutuhkan kontak mata (eye
contact) dengan seluruh siswa di kelas sedang mengerjakan tugas, guru dapat
mendatangani siswa yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju ke
meja guru untuk bertanya. Dua atau tiga siswa yang mendatangani meja guru akan
menghalangi pandangan seluruh kelas.
3)
Sikap diam.
Kombinasi kontak mata dengan sikap diam (silence)
akan membiarkan guru untuk melihat siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara
selama pengajaran. Dalam banyak kasus, ketika guru berhenti berbicara, seorang
siswa yang bersalah akan melihat tatapan guru.
Komunikasi,
verbal dan nonverbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses.
Mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum. Siswa secara tepat akan
memperhatikan tingkah laku dan keputusan guru. Kesan pertama dalam kenyataannya
penting. Kesani ini di mulai dari hari pertama sekolah ketika siswa masuk kelas
kita. Kesan siswa dimulai dari pola komunikasi yang terjadi di tiap-tiap kelas.
Mengembangkan pola-pola komunikasi mulai hari pertama dilanjutkan sampai akhir
tahun.
B.
Memusatkan Perhatian Pada Tingkah Laku Positif
Untuk memperkuat tingkah laku adalah dengan
memperkuat seperti memberikan hadiah, memuji apakah tingkah laku mengeja kata
dengan benar atau memukul bola. Suatu perbuatan seseorang yang di ikuti oleh
konsekuen-konsekuen yang menyenangkan (reinforced),
akan di ulang pada situasi yang hampir sama pada waktu yang akan datang (B.F.
Skinner: Operant Conditioning).
Kombinasi dari aturan, mengabaikan masalah
tingkah laku dan memuji tingkah laku positif kelihatannya berhasil. Untuk
pertama kali ada pengurangan secara signifikan dalam tingkah laku yang mengganggu.
Bahwa kombinasi dari aturan, pujian, dan mengabaikan tingkah laku yang tidak
diinginkan adalah resep yang efektif. Ketika guru mulai lagi prosedur ini, dua
siswa segera menjadi kurang mengganggu atau mengacau.
Masalah tingkah laku adalah jelas masalah
setiap orang seperti siswa yang mengerjakan tugas dengan diam tidak selalu
ingin menarik perhatian guru. Kita khawatir bahwa mengabaikan tingkah laku menyimpang mungkin “mendorong” siswa
lain untuk melanggar aturan atau kita takut untuk mengabaikan pelanggaran
walaupun pelanggaran itu kecil, sehingga waktunya habis bagi guru untuk
menghentikan tingkah laku siswa. Tetapi, jika kita pertimbangkan kemungkinan
dampak pujian guru, pujian itu mingkin berharga sebagai usaha tambahan yang
dibutuhkan untuk mengurangi tingkah laku menyimpang.
Secara sederhana
“membagi-bagi pujian” tidak akan
memperbaiki tingkah laku. Untuk menjadi efektif pujian harus (1) tergantung pada tingkah laku yang
diperkuat, (2) secara khusus tingkah laku yang diperkuat harus jelas, dan (3)
dipercaya. Dengan kata lain, pujian harus jujur sehingga siswa mengerti apa
yang mereka lakukan.
Guru sering
menggunakan pujian untuk tujuan lain, bukan untuk penguatan (reinforcement). Ahli psikologi menyarankan bahwa penerapan bahwa
penekanan pujian seharusnya pada belajar untuk kepentingan diri sendiri, bukan
belajar untuk menyenangkan guru atau orang tua.
C.
Masalah Waktu Dalam Pengajaran
Waktu yang
digunakan untuk mengajarkan suatu mata pelajaran sangat terbatas, sehingga
waktu harus diperinci setelit imungkin. Misalnya, tujuh jam untuk mengajarkan
berbagai bidang mata pelajaran, ditambah waktu untuk istirahat, untuk
pendidikan olahraga, pengumuman, dan sebagainya. Demikian ada waktu yang hilang
untuk libur sekolah pada hari-hari besar, libur sesudah penerimaan rapor, libur
kenaikan kelas, waktu untuk rekreasi, dan sebagainya. Waktu yang tepat untuk
mulai memberikan pelajaran adalah penting untuk mengatur tujuan pengajaran.
Tetapi sebaiknya ini pun harus dihindari dengan merencanakan pengajaran yang lebih
baik dan disesuaikan dengan waktu yang ada.
Salah satu gangguan
dalam pengajaran adalah hilangnya waktu karena interupsi. Menghindari interupsi
dapat dengan menggantungkan tulisan di depan pintu-Jangan di ganggu! Pelajaran sedang berlangsung-sehingga orang yang akan mengganggu akan kembali sesudah pelajaran berakhir.
Untuk dapat mengatur siswa supaya melakukan atau melaksanakan aturan-aturan
sekolah, pada tahun ajaran baru mereka harus belajar peraturan-peraturanitu.
Guru yang baik akan mencatat rencana pelajaran setiap hari, mencari apa yang
dia di butuhkan dan siswa butuhkan. Misalnya, guru meminta siswa membawa dan
bermacam-macamdaun, dan yakinkan bahwa daun itu memang diperlukan untuk
pelajaran yang akan datang.
Waktu untuk mengerjakan tugas
Waktu untuk
mengerjakan tugas (EngagedTimer or Time on-Task) adalah waktu ketika individu
betul-betul menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Hal yang penting
ketika siswa sedang Melakukan tugas yang diberikan guru atau guru sedang menjelaskan
hal yang amat penting adalah pada saat itulah apa yang disebut momentum. Dalam satu kelas dimana
terjadi momentum yang baik, yaitu
ketika siswa selalu mempunyai sesuatu yang dilakukan, mulai saat kerja sampai
tugas selasai tanpa ada satupun interupsi. Contoh, seorang siswa sedang menulis
suatu karangan, tiba-tiba terdengar ketukan pintu, teguran guru kepada siswa
yang lain dan gangguan lain, akibatnya akan membuyarkan konsentransi semula
siswa tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui guru dalam hal waktu dalam
mengerjakan tugas antara lain sebagai berikut.
a)
Smoothness
adalah urutan pelajaran yang baik dan mencoba menghindari loncatan-loncatan
dari satu topik ke topik lain, atau dari pelajaran satu ke pelajaran yang
lainnya. Momentum, smoothness berhubungan erat dengan waktu yang disediakan
bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan prestasi mereka (Kounin, 1970; Brophy
dan Evertson, 1976; Anderson et.al. 1979)
b)
Transition.
Mengatur dari satu aktifitas ke
aktifitas lain seperti dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain atau
dari satu pelajaran ke jam istirahat disebut trasition. Ini juga termasuk
mengatur kelas
D.
Peraturan Dan Tingkah Laku Di Dalam Kelas
Mulailah
peraturan-peraturan pada permulaan tahun pengajaran secara tepat. Emmer et.al.
(1980) mempelajari kegiatan-kegiatan guru pada permulaan tahun dikorelasikan
dengan tingkah laku siswa pada akhir tahun pelajaran. Mereka membandingkan
antara guru yang mengajar dengan selalu memberikan tugas secara teratur dan
guru yang memberikan tugas tidak teratur. Mereka terencana dengan baik,
prestasi siswa-siswa lebih bagus dari pada kelas yang tidak diberikan tugas
secara teratur dan terencana pada permulaan tahun.
1. Mengembangkan
Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif
Evertson dan Emmer
(1982) menyampaikan tiga pokok penting dalam pengelolaan kelas yang efektif,
yaitu merencanakan pelajaran yang akan
diberikan kepada siswa sebelum tahun ajaran baru, mengatur mata pelajaran
selama beberapa minggu pertama, dan mengembangkan perilaku untuk melaksanakan
dan mengatur sistem dalam setahun.
2.
Rencana
Sebelum Dimulai Ajaran Baru
Fase membuat perencanaan mengatur kelas meliputi tiga
langkah, yaitu:
a) Menentukan
tingkah laku siswa yang diharapkan
b) Menerapkan
harapan-harapan ke dalam prosedur dan aturan-aturan
c) Mengidentifikasi
konsekuen-konsekuen
3.
Kegiatan
Pada Tahun Ajaran Baru
Tahun ajaran baru
adalah penting karena guru dapat merumuskan sistem aturan-aturan dan
prosedur-prosedur, dan siswa-siswa dapat mengembangkan harapan-harapan tentang
tingkah laku mereka dikelas. Evertson dan Emmer 91982b) menyarankan prosedur
berikut untuk minggu-minggu pertama masuk dikelas.
a)
Sisihkan
beberapa waktu pada hari-hari pertama atau pada pertemuan pertama dikelas untuk
membicarakan aturan-aturan.
b)
Beritahukan
pada siswa-siswa mengenai tata cara dalam kelas sesistematis mungkin.
c)
Beritahukan
prosedur atau tata cara seperti yang dibutuhkan oleh siswa-siswa untuk
menghadapi aspek-aspek khusus dalam kelas sehari-hari.
d)
Libatkan
anak dalam tugas-tugas yang mudah dan pujilah keberhasilan mereka dalam sehari-hari
pertama disekolah.
e)
Gunakan
kegiatan-kegiatan hanya dengan memusatkan pada seluruh kelompok atau yang
memerlukan prosedur secara sederhana, paling sedikit beberapa hari pada
hari-hari pertama masuk sekolah.
f)
Jangan
mengasumsikan siswa-siswa mengerti bagaimana pelaksanaan prosedur atau tata
cara dalam satu kali percobaan. Dengan kata lain, guru yang hanya menerangkan
sekali bukan berarti bahwa siswa segera mengerti apa yang guru katakan sehingga
mereka dapat melakukan. Tanyakan pada siswa apakah mereka mengerti dan dapat
melakukan tata cara atau prosedur di dalam kelas.
4.
Mempertahankan
Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif
Sepanjang Tahun
Guru harus
memonitor tingkah laku siswa dengan hati-hati untuk melihat apakah aturan dan
prosedur-prosedur itu diikuti. Tujuan untuk memonitor ini adalah untuk mendeteksi tingkah
laku yang tidak tepat, sebelum tingkah lakuitu menjadi masalah utama, dan untuk
menjelaskan kemungkinan terjadi kesalahpahaman pada siswa terhadap apa yang
sebetulnya guru harapkan. Guru kadang-kadang melihat dan mengamati siswa-siswa
yang sedang melakukan tugas sekolah, berkeliling mengecek apakah semua siswa
bekerja dengan baik. Memonitoring pada permulaan tahun amat penting untuk
mengetahui apakah tingkat kesulitan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lain sesuai
dengan tingkat kemampuannsiswa dikelas. Jika siswa-siswa mengalami kesulitan,
guru dapat memutuskan untuk mengubah pendekatan instruksional yang diperlukan.
Aspek lain dalam mempertahankan sistem pengelolaan yang baik ialah mengatur timgkah
laku yang tepat tidak menjadi perhatian siswa karena guru tidak
menyampaikannya, dan akibatnya kemungkinan akan terjadi masalah serius.
Evertson dan Emmer
(1982b) dalam studi mereka melaporkan, manajer-manajer yang efektif menggunakan
metode yang langsung dan sederhana dalam menghadapi kegagalan. Dengan mengikuti
aturan-aturan dan prosedur. Mereka membuat permintaan yang jelas berkenan
dengan tingkah laku yang diharapkan dan menghindari reaksi yang berlebihan dan
emosional, dengan menggunakan prosedur berikut.
a)
Sampaikan
pada siswa untuk berhenti bertingkah laku yang tidak tepat atau tidak baik.
Guru terus menerus kontak dengan siswa sampai tingkah laku yang tepat dapat
ditunjukan.
b)
Buatlah
kontak mata dengan siswa sampai siswa kembali bertingkah laku yang baik. Ini
cocok jika guru yakin bahwa siswa tahu prosedur apa yang benar.
c)
Ingatkan
siswa akan aturan-aturan dan tcara yang benar.
d)
Tanyakan
pada siswa untuk mengidentifikasi prosedur-prosedur yang benar. Berikan umpan
balik jika siswa tidak mengerti.
e)
Jatuhkan
konsekuensi atau hukuman terhadap suatu pelanggaran terhadap prosedur atau
tatanan atau aturan. Hukuman untuk pelanggaran suatu aturan dilaksanakan secara
sederhana sampai aturan itu ditepati dengan benar. Jika siswa mengerti prosedur
dan aturan, tetapi tidak melaksanakan atau mengikuti dengan semestinya dan
mengatakan alesan yang tidak tepat, guru dapat menggunakan hukuman ringan,
misalnya haknya dikurangi.
f)
Mengubah
aktivitas. Kadang-kadang penyimpangan tingkah laku terjadi jika siswa bosan
dengan tugas-tugas mereka atau menghafal materi pelajaran yang kurang berguna.
Aspek pendekatan
Evertson dan Emmer dalam merumuskan sistem pengelolaan yang efektif adalah
mengembangkan tanggung jawab siswa (accountability). Fase ini meliputi beberapa
tingkah laku penting.
a) Jelaskan tugas-tugas pekerjaan termasuk detail-detail
selengkap mungkin, kapan hari terakhir dikumpulkan, dan bagaimana prosedur
menyusun tugas
b)
Komunikasikan
tugas-tugas sehingga tiap siswa tahu secara tepat apa yang harus dilakukan dan
bagaimana prosedur menyusun tugas.
c)
Monitoring
pekerjaan siswa selama dikelas dengan berkeliling diantara siswa dan mengecek
secara sistematis kemajuan setiap siswa.
d)
Periksa
tugas siswa untuk memberikan umpan balik terhadap tugas yang diberikan dan
untuk memperbaiki tugas yang akan datang.
e)
Berikan
umpan balik kepada siswa dengan mengembalikan pekerjaan siswa secepat mungkin.
Tanggung jawab yang
utama adalah mengomunikasikan kepada siswa apa yang betul-betul guru maksudkan,
apa yang guru katakan, dan prosedur atau aturan-aturan apa yang telah guru buat
untuk dikembangkan pada hari-hari pertama tahun ajaran baru. Semua ini tidak
akan membuat siswa menunggu terlalu lama hal-hal yang tidak konsisten antara
apa yang guru katakan dan apa yang guru lakukan.
E.
Kedisiplinan
Beberapa
topik dalam psikologi pendidikan adalah penting untuk para guru. Dalam
kenyataanya, pengelolaan kelas yang baik adalah salah satu dari sebagian besar
faktor yang mendorong siswa belajar akademik. Salah satu peran yang paling
penting untuk guru dalam mencapai pengelolaan kelas yang baik adalah
kepemimpinan. Situasi yang berbeda memerlukan bentuk kepemimpinan yang berbeda,
tetapi juga harus dicocokkan dengan tanggung jawab guru. Ada uda tugas utama
untuk seorang pemimpin. Pertama adalah mengembangkan suasana kerja yang yang
baik dan yang kedua adalah mempertahankan lingkungan yang positif ketika timbul
masalah.
Ada beberapa
langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik dikelas. Pertama adalah
perencanaan, meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen
untuk aturan yang dilanggar. Langkah kedua adalah mengajar siswa bagaimana
mengikuti aturan. Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas.
Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus mempertahankan
disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah
masalah dari semua kejadian. Langkah ketiga adalah merespons secara tepat dan
konstruktif ketika masalah timbul (seperti yang selalu guru lakukan).
Penggunaan waktu
yang efisien dan kegiatan pengajaran yang diatur secara hati-hati akan
mengurangi sebagian besar masalah tingkah laku, termasuk tingkah laku yang
lebih serius. Banyak masalah tingkah laku timbul karena siswa frustasi atau
bosan disekolah. Bagaimanapun juga “kelas yang baik” bukanlah satu-satunya yang
dapat menjamin tingkah laku yang tepat. Disamping pengaturan kelas untuk
mengurangi seringnya masalah tingkah laku, guru juga harus mempunyai strategi
untuk menghadapi tingkah laku yang tidak diinginkan.
1.
Kepemimpinan
dalam Kelas
Kepemimpinan adalah
penting adalah penting untuk pengajaran yang sukses, pengajaran lebih terlibat
dari pada memimpin. Beberapa guru menggunakan waktu dan usahanya langsung untuk
pengajaran, dan beberapa guru menggunakan waktu untuk penilaian. Jika guru
sebagai pemimpin kelompok mampu menciptakan struktur organisasi yang efisien
dan lingkungan pekerjaan yang baik, maka pengajaran dan penilaian dapat
dikerjakaan bersama. Pola kepemimpinan yang mengembangkan (memudahkan)
lingkungan belajar yang positif, akan menunjukkan bahwa lingkungan yang
demikian akan membuat pengajaran dan penilaan terjadi.
Guru adalah seorang
pemimpin yang sukses, mereka akan membantu siswa mengembangkan suatu sistem
hubungan yang mendorong kerja sama. Standar dan aturan harus ditegakkan,
menjamin keadilan, melindungi kebenaran individu, tetapi tidak kontradiksi
dengan kebijaksanaan sekolah. Tugas lain untuk guru adalah membuat lingkungan
positif dengan membantu siswa menghadapi konflik, perubahan dan stres.
2.
Struktur
dan Kebebasan
Siswa harus lebih
banyak belajar di sekolah. Harapannya mereka dapat belajar sesuai dengan
kemampuan mereka dan apa yang dipelajari sangat menyenangkan dan memuaskan.
Suatu lingkungan kelas yang hangat, mendukung, dan menerima adalah penting
dalam mengembangkan sikap-sikap diatas.
Lingkungan kelas
yang sehat tidak dapat diciptakan jika siswa tidak respek atau menghargai guru
dan guru tidak menghargai siswa. Guru adalah pemimpin dikelas dan bertanggung
jawab untuk kesejahteraan kelas. Walaupun guru sebaiknya bersama-sama dengan
siswa dalam melaksanakan aturan-aturan sekolah atau kelas. Tetapi ketika guru
harus mengatur dan mengorganisasi kelas, mereka adalah pemimpin yang
mengembangkan dan “memaksa” siswa untuk tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
dibuat. Aturan-aturan dan prosedur ini harus menjadi sifat yang kedua bagi
siswa. Guru-guru yang tidak mengembangkan wibawa mereka barangkali menghabiskan
waktu untuk menghadapi masalah-masalah tingkah laku, atau berteriak di muka
kelas dan mengaharapkan pelajaran yang diberikan dapat lebih efektif.
3.
Mengatur
Tingkah Laku yang Tidak Tepat
Masalah-masalah
tingkah laku yang paling menjengkelkan bagi guru adalah setiap hari
menghadapi gangguan-gangguan yang
relatif kecil. Tingkah laku yang tepat adalah bila mereka sedang bermain,
tetapi tidak didalam kelas. Ini meliputi berbicara keras, keluar kelas tanpa
minta izin, gagal mengikuti aturan kelas, dan tidak ada perhatian. Memang
tingkah laku ini tidak begitu serius, tetapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil
mungkin dengan lingkungan belajar yang cocok yang dapat diciptakan.
Prinsip-prinsip
campur tangan
guru sebaiknya seminim mungkin. Dalam menghadapi masalah-masalah tingkah laku
yang selalu ada dikelas, prinsip yang paling penting adalah tingkah laku harus
dibetulksn dengan menggunakan campur tangan (intervention) yang paling
sederhana. Tujuan guru dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat yang
dilakukan terus-menerus secara rutin oleh siswa adalah sesuatu yang efektif dan
menghindari gangguan yang terjadi dikelas. Jika mungkin, pelajaran “jalan
terus” sementara mengahadapi masalah tingkah laku. Suatu rangkaian strategi
menghadapi masalah tingkah laku dimulai dari yang paling kecil sampai yang
paling besar, dan akan kita bicarakan dibawah ini. Strategi ini meliputi:
a)
Pencegahan
Masalah tingkah laku dapat dicegah dengan membuat aturan
dan prosedur secara jelas, memberikan kesibukan kepada anak-anak dengan
memberikan tugas-tugas dan menggunakan teknik-teknik lain yang efektif untuk
mengatur kelas. Isi pelajaran yang bervariasi, menggunakan pendekatan dan
bahan-bahan pelajaran yang bermacam-macam, humor dan antusias, semua ini dapat mengurangi
masalah tingkah laku. Frustasi disebabkan oleh pelajaran yang terlalu amat
sulit, atau pekerjaan rumah yang tidak realistis panjangnya yabg sebetulnya
dapat dipilah ke dalam beberapa bagian. Kelelahan dapat dikurangi dengan jam
istirahat sebentar, dengan memberikan berbagai fasilitas, dan
pelajaran-pelajaran yang sulit dapat diberikan pada pagi hari karena siswa masih
segar bugar untuk menerima pelajaran.
b)
Isyarat
nonverbal
Banyak tingkah laku
tidak tepat yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas yang dapat dikurangi
tanpa mengganggu momentum pelajaran, yaitu dengan menggunakan isyarat
nonverbal. Membuat kontak mata dengan seorang siswa yang bertingkah laku tidak
tepat mungkin cukup untuk menghentikan tingkah lakunya. Mendekati siswa yang
bertingkah laku, tidak tepat juga selalu merupakan isyarat bagi siswa untuk berhenti
bertingkah laku yang kurang tidak tepat. Jika semua ini gagal, dapat dengan menepuk pundak mereka
yang barangkali efektif. Semua strategi nonverbal ini secara jelas menyampaikan
pesan yang sama, yaitu “Saya melihat apa yang sedang kamu lakukan dan saya
tidak menyukai itu. Saya harap kamu kembali bekerja.” Keuntungan dari pesan
nonverbal ini adalah pelajaran tidak perlu terganggu atau diinterupsi.
Sebaliknya, teguran atau cercaan verbal dapt menyebabkan sakit hati. Banyak
siswa berhenti bekerja karena mendengarkan teman mereka dicerca guru.
c) Pujian yang tidak cocok
Pujian dapat
menjadi motivasi bagi banyak siswa. Salah satu strategi untuk mengurangi
penyimpangan tingkah laku dikelas adalah dengan memuji tingkah laku siswa yang
tidak cocok dengan tingkah laku yang anda inginkan. Jika siswa sering meninggalkan
tempat duduk untuk keluar tanpa izin, pujilah dia pada kesempatan lain ketika
dia melakukan pekerjaan dengan baik.
d) Membetulkan tingkah laku dan pujian pada siswa lain.
Ini
sering dilakukan untuk seorang siswa yang bertingkah laku yang tidak kita
inginkan dengan memuji tingkah laku siswa lain. Contoh, jika Kiki tetap saja
tidak segera melakukan tugasnya guru mungkin dapat mengatakan. “Saya senang
melihat kamu semua bekerja dengan baik. Nino bekerja dengan baik, Tommy bekerja
dengan baik, Wiwiek bekerja dengan baik.” Jika Kiki tetap saja membuang-buang
waktu untuk segera tidak melakukan tugasnya, guru harus memuji dia juga tanpa
menyinggung tingkah lakunya. “Saya lihat Siti Zubaidah dan Kiki bekerja dengan
baik.”
e) Memperingatkan secara lisan.
Jika isyarat nonverbal
tidak mungkin atau tidak efektif, peringatan dengan kata-kata sederhana mungkin
membantu siswa yang bertingkah laku tidak tepat. Mengingatkan harus diberikan
segera sesudah siswa bertingkah laku tidak tepat. Menunda peringatan tidak akan efektif. Jika
mungkin, ingatkan siswa dengan kata-kata yang berhubungan dengan tingkah laku
yang dilakukan siswa dari pada dengan mengatakan apa kesalahannya.
f) Mengingatkan berulang-ulang.
Peringatan
nonverbal sering memberikan reinforcement pada siswa lain. Peringatan sedikit
cukup untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Tetapi, kadang-kadang beberapa siswa menguji keputusan
guru dengan tidak mau melakukan pekerjaan yang diberikan guru dan memberikan
berbagai alasan. Ujian ini akan hilang jika siswa belajar bahwa guru tahu apa
yang mereka maksudkan.Jika siswa menolak untuk tunduk atau menurut, guru dapat
menggunakan strategi dengan peringatan sederhana atau dengan mencoba mengulang
peringatan. Guru harus segera memutuskan apa yang mereka inginkan dari siswa
untuk melakukan sesuatu.
g) Menerapkan konsekuen.
Jika
semua langkah yang telah disebutkan sebelumnya tidak efektif, kita coba dengan
menggunakan konsekuen. Contoh konsekuen ialah dikeluarkan dari kelas, tetap
tinggal dikelas setelah sekolah selesai, atau memanggil orang tua siswa.
Konsekuen dapat dilakukan dengan lembut dengan mengatakan, “Saya tidak dapat
menoleransi tingkah lakumu itu, tetapi ini tidak berarti saya benci kepadamu,
saya tetap memperhatikan kebutuhanmu. Saya ingin kamu masuk kelas lagi setelah kamu merasa
ingin masuk kelas lagi.” Setelah menjatuhkan konsekuen, guru harus tetap
menerima siswa dan tidak dendam dan tidak memandang sinis.
h) Reinforcement negatif.
Pendekatan lain
untuk mengubah tingkah laku yang tidak tepat adalah melibatkan reinforcement
negatif. Prinsip dasar pendekatan ini adalah memberikan kepada siswa satu
alternatif. Jika berhenti melakukan X dan mulai melakukan Y, kamu dapat keluar
dari situasi yang tidak menyenangkan ini. Contoh: “Tia, jika kamu cepat
berpakaian, kita segera kerumah nenek.” Tingkah laku negatif (membuang –buang
waktu di kamar) dihadapi dengan memusatkan pada tingkah laku positif
(berpakaian cepat-cepat). Reinforcement untuk berpakaian cepa-cepat adalah
positif, yakni segera ke rumah nenek. Reinforcement negatif adalah hilangnya
situasi yang tidak menyenangkan (kamar yang membosankan).
i) Berlatih positif
Berlatih positif
adalah suatu strategi untuk membantu siswa dalam mengganti tingkah laku yang
satu dengan tingkah laku yang lain. Pendekatan ini biasanya diterapkan pada
masalah-masalah akademik. Ketika siswa membuat kesalahan, mereka harus segera
membetulkan kesalahan iti dan melatih respons yang benar. Shapiro (1990) mengunakan prosedur ini dan
mengombinasikannya dengan reinforcement positif untuk memperbaiki ejaan. Siswa
diberi hadiah jika kata-kata yang mereka eja benar dan mereka harus berlatih kata-kata yang
salah eja dalam berbagai cara (menulis kalimat yang benar, mengeja fonetik, dan
sebagainya). Prinsip yang sama dapat diterapkan jika siswa melanggar aturan
kelas. Meskipun dihukum siswa harus berlatih memilih alternatif yang benar
dalam menepati aturan kelas.
F.
Program Khusus Untuk Pengelolaan Kelas
Sistem reinforcer
yaitu lebih formal. Ada tiga kemungkinan, yaitu konsekuensi atau tanggung jawab
kelompok (group responssibility), program token (token reinforcement programs),
dan program kontrak (contingency contract program)
1.
Tanggung
Jawab Kelompok
Penguatan
(reinforcement) dapat didasarkan pada tingkah laku seluruh kelas dengan cara
menjumlahkan tingkah laku masing-masing siswa. permainan tingkah laku baik adalah contoh dari pendekatan ini. Satu kelas dipisah menjadi
dua tim. Aturan khusus untuk tingkah laku baik ditetapkan. Setiap kali seorang
siswa melanggar satu aturan, tim dari siswa itu diberikan angka. Tim dengan
sedikit angka akan menerima hadiah khusus khusus atau hak-hak istimewa (
istirahat lebih lama,diberikan ekstra waktu dalam membuat eksperimen dan
sebagainya) pada akhir satu periode. Jika kedua tim mendapatkan kebih sedikit
dari jumlah angka yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka kedua tim mendapatkan
hadiah.
Harris dan Sherman
(1987) menemukan bahwa satu kriteria yang sama dengan empat angka bekerja
efektif dalam menentukan tingkah laku yang baik. Sebagian besar studi ini
menunjukkan bahwa walaupun hanya menghasilkan perbaikan kecil dalam prestasi
akademik, permainan ini dapat menghasilkan perbaikan yang nyata atau pasti
dalam tingkah laku yang didaftar sebagai aturan tingkah laku yang baik. Kelas
dibagi ke dalam tim, dan memberikan angka kepada satu atau kedua tim mengikuti
aturan. Anggota tim akan menang atau kedua tim, jika setiap anggota menerima
sejumlah angka yang diperlukan, kemudian hadiah dikumpulkan mereka sekali dalam
seminggu (Fihbein dan Wasik,1991). Penelitian lain menemukan bahwa permainan
tingkah laku yang baik (good behavior) lebih efektif dari pada perhatian guru
mengontrol tingkah laku yang mengganggu di kelas 4 dan 5 SD. Tambahan lagi, guru lebih memilih teknik permainan
dari pada teknik memuji tingkah laku yang baik dan mengabaikan tingkah laku
yang idak diinginkan (Warner, Miller dan Cohen, 1998).
Pendekatan kedua
melibatkan reinforcement yang berdasarkan tingkah laku kelompok secara
keseluruhan. Wilson dan Hopkin (1983) memimpin suatu penelitian dengan
menggunakan tanggung jawab kelompok untuk mengurangi kegaduhan.
Peringatan. Dalam
banyak cara, program menggunakan konsekuen atau tanggung jawab kelompok telah
sukses berdasarkan konsekuen individu. Bagaimanapun juga, kewaspadaan
diperlukan untuk menerapkan pendekatan kelompok. Beberapa sistem memerlukan
siswa secara individu untuk mendapatkan angka bagi seluruh kelompok.
Konsekuensi dari kegagalan mungkin besar, terutama untuk siswa yang mempunyai
kesulitan dalam berteman.
Bahkan dengan
prosedur yang melibatkan semua siswa, tekanan dari peer atau kelompok mungkin
memberatkan siswa yang tidak dapat memuaskan kelompok dengan mengumpulkan angka
yang diperlukan, atau siswa harus bertanggung jawab jika kehilangan angka.
Tekanan peer atau kelompok ini tidak selalu mudah bagi guru untuk memonitor.
Tekanan peer dalam bentuk dukungan atau dorongan dapat berpengaruh positif.
Guru mungkin dapat menunjukkan siswa bagaiman memberikan dukungan dan umpan
balik yang konstruktif kepada teman-teman sekelas. Tanggung jawab kelompok adalah
salah satu dari banyak program khusus.
2.
Program
Token Reinforcement
Sistem token
reinforcement ―penguat sekunder seperti mata uang yang dapat ditukarkan untuk
membeli kepuasaan primer ― dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan
membiarkan semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan akademik dan tingkah
laku positif dikelas. Token mungkin berupa, angka, check, kartu, mainan yang
berbentuk uang, atau apa saja yang mudah diidentifikasi sebagai milik siswa.
Secara periodik siswa menukar token yang telah mereka dapat untuk beberapa
hadiah yang mereka inginkan.
Menurut O’Leary dan
Drabmant (1981), program token telah sukses mengurangi tingkah laku yang
mengacau, menambah belajar, dan mengarah pada prestasi akademi yang lebih besar
dalam berbagai kelas. Contoh yang baik dari progran token dapat ditemukan dalam
penelitian Rollin, McCandles, Thomson, dan Brassel (1989). 16 guru dilatih
dalam loka karya dengan menggunakan teknik memuji dan mengabaikan tingkah laku
yang tidak diinginkan dan token reinforcement. Pada tahun berikutnya, mereka
melaksanakan prosedur ini dikelas satu, dua, tiga, enam, delapan. Prestasi
siswa dalam semua kelas ini dibandingkan dengan prestasi dari siswa yang sama
dalam empat belas kelas yang dibandingkan.
Siswa diberikan
token untuk tingkah laku positif, dalam hal ini adalah kartu hadiah. Program
token menghabiskan waktu, keuntungan yang didapat sangat bermanfaat. Dengan
program yang diorganisasi dengan baik, beberapa siswa barang kali dimaafkan.
Hak-hak khusus dan pekerjaan yang sering diberikan untuk siswa yang terbaik
dalam membantu guru, membantu sebagai pimpinan, bekerja pada proyek secara
bebas, dapat dibuat sebagai bagian dari sistem reward yang tersedia untuk semua
siswa. setiap siswa yang terlibat dalam
program token reinforcement juga mempunyai bukti yang dapat dilhat dari
kemajuan yang dibuat, dalam bentuk token yang dapat dihitung setiap hari.
Akhirnya, siswa dapat belajar sejumlah pelajaran yang penting dalam program
token.
Beberapa variasi
dimungkinkan dalam membuat program token. Dalam beberapa program siswa dilatih
untuk menjadi manager, membagikan token, dan membebaskan guru untuk memusatkan
pada kegiatan lain. Variasi lain adalah membiarkan siswa untuk mendapatkan
token dikelas dan saling menukar hadiah dirumah. Rencana ini sangat sukses
ketika orang tua bersedia untuk bekerja sama. Catatan atau laporan tertulis
selalu dikirim kerumah setiap hari atau dua kali seminggu. Catatan ini
menunjukkan jumlah angka yang didapat awal periode. Angka mungkin ditukar untuk
melihat teve beberap menit, memperoleh mainan khusus, waktu untuk bertemu
dengan orang tua, atau menabung hadiah yang lebih besar seperti berekreasi ke
suatu tempat. Apapun variasinya, sejumlah langkah dasar harus diambil dalam
mengatur program token reinforcement. Pedoman akan diberikan pada orang lain.
3.
Program
Kontrak
Dalam program
kontrak, guru menyusun kontrak individu dengan setiap siswa untuk menjelaskan
secara tepat apa yang harus siswa lakukan untuk mendapatkan hak-hak khusus atau
hadiah. Proses negoisasi dapat menjadi pengalaman pendidikan itu sendiri
sebagai siswa yang belajar untuk tujuan yang pantas dan patuh pada aturan
kontrak reinforcement juga harus dinyatakan dalam istilah yang sangat khusus
dan dalam kasus penawaran reward tidak hanya untuk siswa yang malu terlibat
tetapi juga untuk seorang teman.
Jika kita ingin
membuat skala program hadiah dikelas, sebaiknya kita mencari nasihat dari
seorang profesional. Sering konselor sekolah, psikolog atau kepala sekolah
dapat membantu. Sebaiknya, kita tetap harus hati-hati menggunakan program
hadiah ini. Penerapan yang tidak tepat dan metode yang diberikan hadiah
eksternal, dapt mengurangi motivasi instrinsik siswa untuk belajar. Tujuan
pengajaran adalah untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
G.
Mengidentifikasi Masalah-Masalah Di Kelas
1.
Mengidentifikasi Masalah
Ahli-ahli psikologi
klinikal mengidentifikasi beberapa tingkah laku yang berbeda, yang merupakan
tanda-tanda pada masalah serius pada siswa antara lain agresif, curiga, over
sensitif, pemimpi, dan tingkah laku anti sosial lain, yang telah menghalangi
tujuan siswa. Tingkah
laku sosial dan menyendiri jika di hubungkan prestasi akademik hasilnya rendah.
Adapun tingkah laku tersebut antara lain sebagai berikut.
a)
Sangat
tergantung pada guru atau siswa lain terhadap suatu hal, di mana anak tidak
mampu atau tidak bersedia mencoba tugas yang di bebankan kepada nya.
b)
Hubungan
dengan guru sangat jauh, siswa curiga, takut atau tidak percaya pada guru.
c) Tidak sabar dan rendah diri hal ini mengganggu kemampuan
untuk merencanakan sesuatu, dan akan mempengaruhi tugas-tugas yang kemungkinan
akan berakibat banyak kesalahan.
d)
Motivasi
pribadi rendah, inisiatif dan keterlibatannya dapat di nyatakan dalam bentuk
kuran nya berpartipasi dalam pekerjaan-pekerjaan di kelas dan enggan untuk
mengungkapkan pikiran-pikirannya kepada
guru atau teman sekelas.
e)
Jawaban-jawaban
yang tidak relevan dan banyak bicara yang menginterupsi kegiatan kelas
merupakan gambaran seorang anak yang ingin menarik perhatian.
f)
Permusuhan,
pertentangan, perasaan, dan perbuatan-perbuatan negatif. Sikap-sikap ini dinyatakan
dalam banyak bentuk, nilai dari meremehkan pelajaran sampai memanggil nama guru atau merusak
milik sekolah.
Dari timbulnya
masalah-masalh tersebut, kalau kita selidiki lebih dalam sebetulnya ada
penyebabnya, seperti kemiskinan, penolakan orang tua, kemampuan yang rendah
yang menyebabkan frustasi kurikulum yang tidak relevan, dan sekolah yang kacau.
2.
Cara
Penyelesaian
Cara penyelesaian
yang paling baik adalah dengan melakukan preventif, yaitu menghindari
kesempatan dan insentif untuk tingkah laku menyimpang sebelum tingkah laku
terjadi. Pengaturan kelas menunjukkan pada memotivasi siswa untuk melakukan
tugas mereka, dan belajar mengurangi campur
tangan dalam kegiatan kelas sehari-hari . Mengatur kelas memerlukan
keterampilan-keterampilan dan teknik- teknik, seperti “ menunjukkan kehangatan
dan sabar”, “ menciptakan hubungan yang baik (rapport)”, “membuat belajar
menarik”. Diantara taktik lain, guru yang menaruh perhatian dengan pengaturan
kelas yang baik akan:
a) Mengembangkan aturan-aturan yang jelas dan masuk akal,
tetapi sesedikit mungkin,
b)
Mengembangkan
harapan-harapan positif dan hubungan kerja sama yang baik, dan
c)
Membiarkan
siswa-siswa tahu bahwa mereka harus bertanggung jawab atas tingkah laku dan
tugas-tugas mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa
Pengelolaan Kelas sangat di butuhkan untuk mencapai pembelajaran yang efektif.
Terdapat beberapa pentingnya Pengelolaan kelas diantaranya :
1. Merencanakan
dan mempersiapkan pengajaran
2. Melanjutkan
interaksi dengan siswa
3. Menggerakkan
siswa melalui kegiatan yang berbeda
4. Mengembangkan
tata tertib
5. Melaksanakan
pengajaran
6. Menciptakan
lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam
proses belajar
7. Mengorganisasi
waktu dan materi pelajaran
8. Membuat
tes dan melakukan penilaian.
DAFTAR
PUSTAKA
Haris
Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan
Berbasis Belajar Mandiri.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Padmono.
Manajemen Kelas. Solo. Universitas
Sebelas Maret.
Sri
Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi
Pendidikan.
Jakarta:
Grasindo.