Selasa, 30 Oktober 2012

Pengelolaan Kelas


PENGELOLAAN KELAS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Managemen Kesiswaan.
Dosen Pembimbing : Suyoto, SPd.





Di susun oleh :
Kelompok IX
Kelas IIIG



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012-2013
MOTTO


¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÏ%©!$# (#qs)¨?$# tûïÏ%©!$#¨r Nèd šcqãZÅ¡øtC ÇÊËÑÈ
Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. An-Nahl/16:128)

y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al Qalam/68:4)












Nama anggota kelompok :
1.                  Wahy Daniyah      (112144371)
2.                  Aris Firman Nasukha        (112144395)
3.                  Ita Daniati             (112144400)



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengelolaan Kelas”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok Managemen Sekolah. Keberhasilan ini tidak terwujud tanpa adanya bimbingan, kerjasama, dan bantuan dari pihak lain. Untuk itu kami  mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Suyoto, S.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Managemen Kesiswaan yang telah membimbing dengan penuh ketelitian dan penuh kesabaran.
2.      Kedua orangtua yang telah mendidik dan memberi doa restu.
3.      Seluruh staf Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang memfatilitasi peminjaman buku.
4.      Teman-teman kelas 3G yang memberikan masukan saran dan kritik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat kami gunakan untuk perbaikan dalam menyusun makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pemerhati Pendidikan pada umumnya, serta harapan penyusun makalah merupakan sebuah wujud pengabdian kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Purworejo ,       Setember 2012

                         Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................   i
MOTTO.......................................................................................................   ii
KATA PENGANTAR................................................................................   iii
DAFTAR ISI...............................................................................................   iv
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.       Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pentingnya Pengelolaan Kelas
1.         Definisi Pengelolaan Kelas
2.         Pespektif Pengelolaan Kelas
a)         Pespektif Sejarah
b)        Pespektif Psikologi
c)         Menetapkan Aturan
d)        Konsekuen
e)         Penguatan
3.         Komunikasi
a)         Harapan-harapan
b)        Komunikasi nonverbal
B.       Memusatkan Perhatian pada Tingkah Laku
C.       Masalah Waktu dalam Pengajaran
D.      Peraturan dan Tingkah Laku di dalam kelas
1)        Mengembangkan system pengelolaan
kelas yang efekti
2)        Rencana sebelum dimulai ajaran baru
3)        Kegiatan pada ajaran baru
4)   Mempertahankan sistem pengelolaan kelas yang efektif sepanjang tahun yang efektif
E.       Kedisiplinan
1)   KedisiplinanKepemimpinan dalam kelas
2)   Struktur dan kebebasan
3)   Mengatur tingkah laku tidak tepat
F.        Program Khusus untuk Pengelolaan Kelas
G.      Mengidentifikasi masalah-masalah di kelas
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA























BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Mengelola kelas adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu salama pengajaran.
Dari rumusan tersebut, pengelolaan kelas juga mempunyai tujuan, yang dilakukan oleh guru, antara lain :
1.    Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.    Untuk memberi kemudahan (fasilitasi), uapaya memanatu kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru memperoleh kemudahan mengamati setiap kemajuan belajar sebagai suatu proses yang gradual yang tidak bersifat temporer dan sementara.
3.    Untuk member kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan dating.

  1. Tujuan
1.    Untuk mengetahui pentingnya Pengelolaan Kelas
2.    Untuk mengetahui tujuan Pengelolaan Kelas
3.    Mengetahui pemusatan Perhatian pada Tingkah Laku
4.    Mengetahui Kedisiplinan Kelas




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pentingnya Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang manajer yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan menyusun kegiatan untuk menemukan tujuan dan sasaran khusus. Di samping itu, harapan orang tua dan masyarakat supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah. Mengelola kelas adalah suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.
Guru membutuhkan keterampilan yang sama seperti ahli teknik atau direktur sebuah stasiun televisi. Guru kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel yang hanya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari:
1)   Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
2)   Melanjutkan interaksi dengan siswa
3)   Melaksanakan pengajaran
4)   Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
5)   Mengembangkan tata tertib
6)   Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar
7)   Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran
8)   Membuat tes dan melakukan penilaian.




1.    Definisi Pengelolaan Kelas
Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson (1981), pengelolaan kelas didefinisikan seperti berikut.
a)    Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena ketertiban siswa di kelas.
b)   Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
c)    Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Definisi ini mempunyai tiga komponen yang jelas yang mencakup pokok-pokok penting yang sesuai dengan nomor 1, 2, dan 3.
a)        Keterlibatan siswa secara aktif
Definisi ini menekankan kebutuhan akan aktivitas guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar. Siswa yang aktif belajar hanya mempunyai kesempatan sedikit untuk tidak mengerjakan tugas atau bertingkah laku menyimpang. Memerintahkan siswa untuk tetap melaksanakan tugas adalah aspek penting dalam pengajaran dan pengelolaan kelas.
b)        Sedikit gangguan
Definisi kedua dari pengelolaan kelas memusatkan perhatian akan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang teratur  untuk  belajar. Guru tidak berhenti mengajar dan siswa juga tidak berhenti belajar. Di  dalam kelas selalu ada saja yang namanya gangguan atau kekacauan. Sebagian besar masalah sebetulnya hanya merupakan hal yang biasa-biasa saja atau normal-normal saja. Hampir semua siswa, walaupun mereka dapat menyesuiakan diri, tetap saja  melakukan hal-hal, seperti berbicara dengan teman, tertawa, mengunyah permen karet, membadut, lupa membawa pensil, terlambat, keliling kelas atau bermain-main  walaupun sedang mengerjakan tugas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada masalah lain yang lebih serius, seperti merusak, menolak untuk mengerjakan tugas, bermusuhan dengan guru, mengisap ganja, membolos, dan berkata-kata cabul.
c)        Penggunaan waktu belajar yang efisien
Banyak waktu yang terbuang selama pengajaran tiap hari. Pendekatan yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan waktu meliputi prosedur sebagai berikut. Ketika sisw masuk kelas, mereka akan membaca tugas yang telah ditulis guru di papan tulis atau membaca tugas yang diletakan guru di tiap bangku siswa. Guru berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa secara individual sellama yang ain mengerjakan tugas.

2.    Perspektif Pengelolaan Kelas
Perspektif pengelolaan kelas terdiri atas dua yaitu, perspektif sejarah dan perspektif psikologi.
a)    Perspektif Sejarah
Pengaturan kelas dan disiplin telah banyak ditukis selama akhir abad 20. Walaupun demikian sekolah dan pengelolaan kelas masih diteliti, dan didiskusikan dan diperdebatkan dalam tulisan sejak adanya wajib belajar sekolah. Arthur C (1990) dalam buku The Management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat-sifat dan ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimiliki guru yang efektif. Berikut adalah sifat-sifat yang diharapkan oleh siswa :
1)   Sikap Tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stres.
2)   Teguh dan Tegas. Siswa menaruh hormat kepada guru yang teguh pendirian dan tegas dalam bertindak
3)   Rajin dan Kuat. Guru yang rajin dan semangat dalam bekerja akan menjalar pada siswa-siswanya
4)   Gembira. Guru yang gembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang maksimal
5)   Simpati. Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul-betul wajar yang secara jujur guru ingin mendapatkan pandangan dari sudut siswa
6)   Hangat. Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa
7)   Waspada. Guru mempunyai ketajaman mata, telinga, dan persepsi yang terlatih.
b)   Perspektif psikologi
Perkembangan teori-teori tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian bidang psikologi. Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun Rogers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan dua teori ini.
Reinforcement . B. F Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan bermacam-macam tingkah laku dikelas. Contoh, jika guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, beberapa siswa mengacungkan tangan mereka, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wajar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab mengacungkan tangannya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan menganggu saat tanya jawab. Dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya akan memberi kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Reinforcement kemungkinan menambah tingkah laku khusus yang akan berlanjut pada waktu yang akan datang.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforcer yang digunakan untuk mengubah tingkah laku siswa, meliputi hadiah (reward)  untuk tingkah laku yang tepat atau hukuman untuk tingkah laku yang tidak tepat.
c)     Menetapkan Aturan
Seorang guru yang efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok (paling sedikit lima atau enam) dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif. Seperti lampu jalan yang digunakan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap mobil untuk masuk dan pergi pada persimpangan jalan, aturan kelas dibutuhkan untuk memberikan kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk belajar.
Siswa melihat guru sebagai model. Seorang guru yang konsisten dalam memperkuat aturan-aturan kelas akan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang tanpa gangguan. Sikap untuk terus konsisten tidak mudah dan memerlukan usaha terus-menerus.
Aturan-aturan. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara positif. Contoh: “Bawa pensil, buku, dan kertas folio ke kelas,” “Angkat tanganmu,” jika ingin menjawab “ Jangan lari-lari dalam kelas” (untuk anak-anak TK) adalah contoh dari aturan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat negatif. Peraturan ini mengatakan siswa apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi gagal untuk mengembalikan tingkah laku yang tidak tepat. Peraturan ini penting bagi siswa dengan harapan siswa dapat melaksanakn dengan senang hati. Peraturan seharusnya ditempatkan pada papan yang dapat dilihat oleh semua siswa.
Tiga pendekatan. Menetapkan peraturan pada hari pertama sekolah memberikan suatu kerangka kerja untuk siswa. Peraturan bertindak sebagai penuntun bagi tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Membiarkan siswa untuk mengembangkan aturan akan mendorong siswa berpartisipasi.
Banyak guru membuat serangkaian aturan bagi siswa ketika mereka bertemu siswa untuk pertama kali. Paling sedikit ada tiga cara di mana guru dapat menetapkan aturan untuk kelas.
1)   Guru mempersiapkan aturan dan menyampaikannya kepada siswa pada hari pertama. Waktu dihabiskan guru untuk meninjau dan menjelaskan aturan.
2)   Guru dapat menetapkan aturan sendiri, tetapi pertama siswa harus mendiskusikan dan meninjau kebutuhan akan aturan dan prosedur.
3)   Guru menyampaikan 3 atau 4 peraturan, dimana dia percaya bahwa peraturan itu penting dan membolehkan kelas menambah 2 atau 3 peraturan pada daftar yang mereka yakini sebagai suatu kebutuhan.
Tanpa memandang prosedur yang digunakan dalam menetapkan aturan dikelas, kunci untuk menentukan aturan adalah kemampuan guru untuk “mengajar” dan kemudian mempraktikan aturan-aturan tersebut dengan siswa ketika dia mengajar matematika, ilmu pengetahuan atau pelajaran bahasa Inggris.
d)   Konsekuen
Guru mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal, menambah pekerjaan rumah, penahanan untuk beberapa waktu, atau hukuman badaniah. Semua bentuk hukuman ini dimaksudkan supaya siswa ikut ambil bagian dalam mencapai tujuan sekolah dengan menggunakan tambahan tugas akademik atau tetap tinggal setelah sekolah usai. Hukuman penahanan bermaksud untuk menyelesaikan masalah agresif yang kemungkinan berkembang lebih besar untuk masa yang akan datang. Peringatan verbal dari guru mempunyai maksud untuk menghapuskan kembalinya tingkah laku yang tidak tepat.  Kesalahan yang dibuat beberapa guru tanpa disadari kadang-kadang menemukan dirinya sendiri berteriak kepada siswa.
Guru dapat menetapkan hierarki 5 atau 6 konsekuen untuk pelanggaran aturan dikelas. Guru mungkin menyimpan buku dan catatan atau daftar aturan yang telah dilanggar siswa pada waktu pelajaran. Siswa ditanya untuk menulis aturan-aturan yang telah mereka langgar atau mereka ditanya apakah mau membawa catatan ke rumah untuk menjelaskan kepada orang tua masalah pelanggaran yang terjadi di kelas dan mengganggu proses belajar-mengajar. Konsekuen yang harus diterima siswa karena telah melanggar aturan harus cocok dengan pelanggaran yang dilakukan. Dalam hal ini, pencegahan adalah kunci dalam pengelolaan kelas yang efektif. Sebaiknya, kita tidak bergantung pada konsekuen yang berlebihan, sebab dapat mengarah pada lingkungan belajar yang menakutkan. Menciptakan keseimbangan antara aturan, konsekuen, dan hadiah adalah penting.
e)    Penguatan
Guru sebagai pemeran model adalah penting, terutama untuk tingkat sekolah dasar. Pemeran model ini penting bagi guru dalam mencegah tingkah laku yang tidak tepat. Pujian guru kepada siswa yang melakukan tugasnya dengan baik kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif.
Hadiah (reward). Sudah bertahun-tahun guru menggunakan beberapa metode untuk memperkuat atau memberikan hadiah terhadap tingkah laku siswa yang tepat. Guru, kepala sekolah, observer telah melaporkan bahwa suasana positif yang diciptakan oleh pujian verbal dan sistem reinforcement untuk mengurangi sejumlah masalah pengelolaan kelas berhasil baik.
Penggunaan teknik pengubahan tingkah laku di kelas perlu diperhatikan. Penggunaan hadiah dan sistem mengabaikan tingkah laku dikelas mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain sebagai berikut.
1)   Siswa mungkin menjadi sangat tergantung pada pujian atau hadiah untuk tingkah laku yang tepat.
2)   Peranan guru sebagai pengontrol mungkin tidak cocok dengan filsafat guru.
3)   Biaya yang dikeluarkan guru yang menggunakan hadiah nyata mungkin tinggi.
4)   Sistem mungkin tidak membantu kepercayaan diri dan kemandirian siswa.
5)   Hadiah tidak konsisten dengan prinsip memilih bebas secara demokratis, ekspresif, dan mandiri.
     Beberapa pendidik selama ini mengembangkan program pengelolaan kelas berdasarkan pandangan B. F. Skinner (1953), pendidik lain mengikuti jalur Carl Rogers (1969), yang menekankan kebutuhan akan kegiatan penyerahan diri (self- directed) bagi individu. Rogers menaruh perhatian pada konsep diri (self-concept) siswa dan pada pemberian arti pengalaman belajar. Rogers melihat peranan guru sebagai fasilitator lebih dari pada sebagai orang yang berwenang (authoritative).
William Glasser, dalam buku Control Theory in the Class room (1985) menjelaskan bahwa siswa adalah seorang yang rasional yang dapat mengontrol tingkah laku mereka. Bahkan jika kehidupan siswa jauh dari sekolah yang suram dan menyedihkan, dia akan bekerja jika dia menemukan sekolah yang memuaskan. Tujuan dari sekolah menurut Glasser adalah memungkinkan siswa untuk membuat pilihan yang baik tentang tingkah laku mereka dan kegiatan-kegiatan di kelas dan dalam hidup dan mengerti konsekuensi dari tingkah laku yang tidak tepat.
Kesalahan tujuan. Rudolf Dreikurs (1982) dan teman-temannya melihat tingkah laku menyimpang oleh siswa sebagai hasil dari empat kesalahan tujuan, yaitu :
1)   untuk mendapatkan perhatian yang tidak semestinya atau tidak pantas,
2)   untuk mencari kekuatan, 
3)   untuk membalas dendam, dan
4)   untuk menunjukkan ketidakmampuan (nyata atau diasumsikan).
        Anak mungkin tidak menyadari tujuan ini sampai tujuan ini dibawa ke perhatiannya. Dreikurs menyarankan sebaiknya guru merespons tingkah laku siswa yang ingin mendapatkan perhatian dengan merefleksikan tingkah laku kembali kepada siswa.
Dreikurs berbicara tentang tiga tipe guru: otoriter, serba membolehkan (permissive), dan demokratis. Dia percaya bahwa guru yang otoriter akan memaksa siswa untuk menaati yang pada waktu itu masalah yang timbul tidak ada. Guru yang permissive menciptakan masalah ketika tidak ada batas yang konsisten yang ditetapkan untuk kegiatan sehari-hari di kelas. Guru yang demokratis adalah seorang manajer yang paling efektif, karena guru menjadi pemimpin dalam kelas, memberi contoh, dan mengundang siswa untuk ikut berpartisipasi melalui pembuat keputusan yang efektif. Aturan dan konsekuensi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan oleh karena itu harus menjadi bagian dari kelas. Kebebasan dalam kelas membawa tanggung jawab karena merupakan jantung dari masyarakat demokratis.
3.    Komunikasi
Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannya interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
a)    Harapan-harapan
Komunikasi guru dengan siswa melalui kata-kata verbal dan nonverbal, dalam hubungannya dengan cara guru mengorganisasi kelas. Siswa juga mempunyai harapan terhadap lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa mempunyai persepsi terhadap masalah lingkungan sekolah, organisasi kelas, dan terhadap disiplin sekolah. Guru dapat bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana kira-kira persepsi siswa terhadap pekerjaan guru sebagai pengajar sebagai berikut.
1)   Bagaimana persepsi siswa jika begitu masuk kelas siswa segera diberi tahu tentang tugas hari ini?
2)   Apakah siswa mengatakan kebaikan, jumlah, mutu, pekerjaan selama periode waktu itu?
3)   Apakah siswa tahu bagaimana bahan pelajaran disampaikan di kelas dan bahan-bahan apa yang mereka harus bawa ke kelas?
4)   Apakah siswa tahu di mana dia harus duduk, di kelompok mana dia harus masuk, kapan bekerja sendiri, dan kapan bekerja dengan kelompok?
5)   Apakah siswa menyadari akan harapan guru terhadap tingkah laku mereka?
        Berikut daftar dari suatu survei terhadap pengelolaan kelas yang diadaptasi dari Rick Curvin dab Barbara Fuhrmann (1987). Item  sebagian besar dikutip oleh guru-guru SD dan SMP yang meliputi (1) tujuan, (2) respek, (3) ketertiban, (4) keterbukaan, (5) keamanan, dan (6) perhatian. Kita akan membicarakan setiap bidang ini dan menggambarkan bagaimana kita dapat mengembangkan harapan-harapan yang dapat diwujudkan untuk siswa-siswa kita.
b)   Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan tubuh dari guru, siswa akan selalu merespon informasi nonverbal.
Interaksi nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan nonverbal. Guru mungkin memuji secara nonverbal. Beberapa pujian di kelas dapat dikomunukasikan secara nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukkan bahwa siswa pada jalan yang be3nar. Gerakan tangan dapat diartikan dengan dorongan. Guru juga mengomunikasikan perasaan negatif dengan cara nonverbal. Nada suara guru yang marah menunjukkan bahwa dia tidak senang. Menata dan mengerutkan dahi berarti mengharapkan siswa menghentikan tingkah laku negatif. Dalam berkomunikasi, guru kadang-kadang menggunakan bentuk nonverbal dalam mengelola kelas.
Pengaturan nonverbal. Guru dapat menggunakan 3 kunci strategi mana pun pada tingkat apa pun untuk menghentikan tingkah laku.
1)   Kedekatan Fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan tugas. Siswa akan kurang melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil, seperti berbicara, jika melihat guru mereka aktif memonitor pekerjaan akademik dan tingkah laku mereka.
2)   Kontak mata. Guru membutuhkan kontak mata (eye contact) dengan seluruh siswa di kelas sedang mengerjakan tugas, guru dapat mendatangani siswa yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju ke meja guru untuk bertanya. Dua atau tiga siswa yang mendatangani meja guru akan menghalangi pandangan seluruh kelas.
3)   Sikap diam. Kombinasi kontak mata dengan sikap diam (silence) akan membiarkan guru untuk melihat siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam banyak kasus, ketika guru berhenti berbicara, seorang siswa yang bersalah akan melihat tatapan guru.
Komunikasi, verbal dan nonverbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses. Mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum. Siswa secara tepat akan memperhatikan tingkah laku dan keputusan guru. Kesan pertama dalam kenyataannya penting. Kesani ini di mulai dari hari pertama sekolah ketika siswa masuk kelas kita. Kesan siswa dimulai dari pola komunikasi yang terjadi di tiap-tiap kelas. Mengembangkan pola-pola komunikasi mulai hari pertama dilanjutkan sampai akhir tahun.

B.            Memusatkan Perhatian Pada Tingkah Laku Positif
     Untuk memperkuat tingkah laku adalah dengan memperkuat seperti memberikan hadiah, memuji apakah tingkah laku mengeja kata dengan benar atau memukul bola. Suatu perbuatan seseorang yang di ikuti oleh konsekuen-konsekuen yang menyenangkan (reinforced), akan di ulang pada situasi yang hampir sama pada waktu yang akan datang (B.F. Skinner: Operant Conditioning).
     Kombinasi dari aturan, mengabaikan masalah tingkah laku dan memuji tingkah laku positif kelihatannya berhasil. Untuk pertama kali ada pengurangan secara signifikan dalam tingkah laku yang mengganggu. Bahwa kombinasi dari aturan, pujian, dan mengabaikan tingkah laku yang tidak diinginkan adalah resep yang efektif. Ketika guru mulai lagi prosedur ini, dua siswa segera menjadi kurang mengganggu atau mengacau.
     Masalah tingkah laku adalah jelas masalah setiap orang seperti siswa yang mengerjakan tugas dengan diam tidak selalu ingin menarik perhatian guru. Kita khawatir bahwa mengabaikan tingkah  laku menyimpang mungkin “mendorong” siswa lain untuk melanggar aturan atau kita takut untuk mengabaikan pelanggaran walaupun pelanggaran itu kecil, sehingga waktunya habis bagi guru untuk menghentikan tingkah laku siswa. Tetapi, jika kita pertimbangkan kemungkinan dampak pujian guru, pujian itu mingkin berharga sebagai usaha tambahan yang dibutuhkan untuk mengurangi tingkah laku menyimpang.
Secara sederhana “membagi-bagi pujian”  tidak akan memperbaiki tingkah laku. Untuk menjadi efektif pujian harus  (1) tergantung pada tingkah laku yang diperkuat, (2) secara khusus tingkah laku yang diperkuat harus jelas, dan (3) dipercaya. Dengan kata lain, pujian harus jujur sehingga siswa mengerti apa yang mereka lakukan.
Guru sering menggunakan pujian untuk tujuan lain, bukan untuk penguatan (reinforcement). Ahli psikologi menyarankan bahwa penerapan bahwa penekanan pujian seharusnya pada belajar untuk kepentingan diri sendiri, bukan belajar untuk menyenangkan guru atau orang tua.

C.           Masalah Waktu Dalam Pengajaran
Waktu yang digunakan untuk mengajarkan suatu mata pelajaran sangat terbatas, sehingga waktu harus diperinci setelit imungkin. Misalnya, tujuh jam untuk mengajarkan berbagai bidang mata pelajaran, ditambah waktu untuk istirahat, untuk pendidikan olahraga, pengumuman, dan sebagainya. Demikian ada waktu yang hilang untuk libur sekolah pada hari-hari besar, libur sesudah penerimaan rapor, libur kenaikan kelas, waktu untuk rekreasi, dan sebagainya. Waktu yang tepat untuk mulai memberikan pelajaran adalah penting untuk mengatur tujuan pengajaran. Tetapi sebaiknya ini pun harus dihindari dengan merencanakan pengajaran yang lebih baik dan disesuaikan dengan waktu yang ada.
Salah satu gangguan dalam pengajaran adalah hilangnya waktu karena interupsi. Menghindari interupsi dapat dengan menggantungkan tulisan di depan pintu-Jangan di ganggu! Pelajaran sedang berlangsung-sehingga orang yang akan mengganggu akan kembali sesudah pelajaran berakhir. Untuk dapat mengatur siswa supaya melakukan atau melaksanakan aturan-aturan sekolah, pada tahun ajaran baru mereka harus belajar peraturan-peraturanitu. Guru yang baik akan mencatat rencana pelajaran setiap hari, mencari apa yang dia di butuhkan dan siswa butuhkan. Misalnya, guru meminta siswa membawa dan bermacam-macamdaun, dan yakinkan bahwa daun itu memang diperlukan untuk pelajaran yang akan datang.
Waktu untuk mengerjakan tugas
Waktu untuk mengerjakan tugas (EngagedTimer or Time on-Task) adalah waktu ketika individu betul-betul menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Hal yang penting ketika siswa sedang Melakukan tugas yang diberikan guru atau guru sedang menjelaskan hal yang amat penting adalah pada saat itulah apa yang disebut momentum. Dalam satu kelas dimana terjadi momentum yang baik, yaitu ketika siswa selalu mempunyai sesuatu yang dilakukan, mulai saat kerja sampai tugas selasai tanpa ada satupun interupsi. Contoh, seorang siswa sedang menulis suatu karangan, tiba-tiba terdengar ketukan pintu, teguran guru kepada siswa yang lain dan gangguan lain, akibatnya akan membuyarkan konsentransi semula siswa tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui guru dalam hal waktu dalam mengerjakan tugas antara lain sebagai berikut.
a)    Smoothness adalah urutan pelajaran yang baik dan mencoba menghindari loncatan-loncatan dari satu topik ke topik lain, atau dari pelajaran satu ke pelajaran yang lainnya. Momentum, smoothness berhubungan erat dengan waktu yang disediakan bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan prestasi mereka (Kounin, 1970; Brophy dan Evertson, 1976; Anderson et.al. 1979)
b)   Transition. Mengatur  dari satu aktifitas ke aktifitas lain seperti dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain atau dari satu pelajaran ke jam istirahat disebut trasition. Ini juga termasuk mengatur kelas
D.           Peraturan Dan Tingkah Laku Di Dalam Kelas
Mulailah peraturan-peraturan pada permulaan tahun pengajaran secara tepat. Emmer et.al. (1980) mempelajari kegiatan-kegiatan guru pada permulaan tahun dikorelasikan dengan tingkah laku siswa pada akhir tahun pelajaran. Mereka membandingkan antara guru yang mengajar dengan selalu memberikan tugas secara teratur dan guru yang memberikan tugas tidak teratur. Mereka terencana dengan baik, prestasi siswa-siswa lebih bagus dari pada kelas yang tidak diberikan tugas secara teratur dan terencana pada permulaan tahun.
1. Mengembangkan Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif
Evertson dan Emmer (1982) menyampaikan tiga pokok penting dalam pengelolaan kelas yang efektif, yaitu  merencanakan pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sebelum tahun ajaran baru, mengatur mata pelajaran selama beberapa minggu pertama, dan mengembangkan perilaku untuk melaksanakan dan mengatur sistem dalam setahun.
2.    Rencana Sebelum Dimulai Ajaran Baru
Fase membuat perencanaan mengatur kelas meliputi tiga langkah, yaitu:
a)   Menentukan tingkah laku siswa yang diharapkan
b)   Menerapkan harapan-harapan ke dalam prosedur dan aturan-aturan
c)    Mengidentifikasi konsekuen-konsekuen
3.    Kegiatan Pada Tahun Ajaran Baru
Tahun ajaran baru adalah penting karena guru dapat merumuskan sistem aturan-aturan dan prosedur-prosedur, dan siswa-siswa dapat mengembangkan harapan-harapan tentang tingkah laku mereka dikelas. Evertson dan Emmer 91982b) menyarankan prosedur berikut untuk minggu-minggu pertama masuk dikelas.
a)    Sisihkan beberapa waktu pada hari-hari pertama atau pada pertemuan pertama dikelas untuk membicarakan aturan-aturan.
b)   Beritahukan pada siswa-siswa mengenai tata cara dalam kelas sesistematis mungkin.
c)    Beritahukan prosedur atau tata cara seperti yang dibutuhkan oleh siswa-siswa untuk menghadapi aspek-aspek khusus dalam kelas sehari-hari.
d)   Libatkan anak dalam tugas-tugas yang mudah dan pujilah keberhasilan mereka dalam sehari-hari pertama disekolah.
e)    Gunakan kegiatan-kegiatan hanya dengan memusatkan pada seluruh kelompok atau yang memerlukan prosedur secara sederhana, paling sedikit beberapa hari pada hari-hari pertama masuk sekolah.
f)    Jangan mengasumsikan siswa-siswa mengerti bagaimana pelaksanaan prosedur atau tata cara dalam satu kali percobaan. Dengan kata lain, guru yang hanya menerangkan sekali bukan berarti bahwa siswa segera mengerti apa yang guru katakan sehingga mereka dapat melakukan. Tanyakan pada siswa apakah mereka mengerti dan dapat melakukan tata cara atau prosedur di dalam kelas.
4.    Mempertahankan Sistem Pengelolaan Kelas yang Efektif  Sepanjang Tahun
Guru harus memonitor tingkah laku siswa dengan hati-hati untuk melihat apakah aturan dan prosedur-prosedur itu diikuti. Tujuan untuk memonitor ini adalah untuk mendeteksi tingkah laku yang tidak tepat, sebelum tingkah lakuitu menjadi masalah utama, dan untuk menjelaskan kemungkinan terjadi kesalahpahaman pada siswa terhadap apa yang sebetulnya guru harapkan. Guru kadang-kadang melihat dan mengamati siswa-siswa yang sedang melakukan tugas sekolah, berkeliling mengecek apakah semua siswa bekerja dengan baik. Memonitoring pada permulaan tahun amat penting untuk mengetahui apakah tingkat kesulitan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lain sesuai dengan tingkat kemampuannsiswa dikelas. Jika siswa-siswa mengalami kesulitan, guru dapat memutuskan untuk mengubah pendekatan instruksional yang diperlukan. Aspek lain dalam mempertahankan sistem pengelolaan yang baik ialah mengatur timgkah laku yang tepat tidak menjadi perhatian siswa karena guru tidak menyampaikannya, dan akibatnya kemungkinan akan terjadi masalah serius.
Evertson dan Emmer (1982b) dalam studi mereka melaporkan, manajer-manajer yang efektif menggunakan metode yang langsung dan sederhana dalam menghadapi kegagalan. Dengan mengikuti aturan-aturan dan prosedur. Mereka membuat permintaan yang jelas berkenan dengan tingkah laku yang diharapkan dan menghindari reaksi yang berlebihan dan emosional, dengan menggunakan prosedur berikut.
a)    Sampaikan pada siswa untuk berhenti bertingkah laku yang tidak tepat atau tidak baik. Guru terus menerus kontak dengan siswa sampai tingkah laku yang tepat dapat ditunjukan.
b)   Buatlah kontak mata dengan siswa sampai siswa kembali bertingkah laku yang baik. Ini cocok jika guru yakin bahwa siswa tahu prosedur apa yang benar.
c)    Ingatkan siswa akan aturan-aturan dan tcara yang benar.
d)   Tanyakan pada siswa untuk mengidentifikasi prosedur-prosedur yang benar. Berikan umpan balik jika siswa tidak mengerti.
e)    Jatuhkan konsekuensi atau hukuman terhadap suatu pelanggaran terhadap prosedur atau tatanan atau aturan. Hukuman untuk pelanggaran suatu aturan dilaksanakan secara sederhana sampai aturan itu ditepati dengan benar. Jika siswa mengerti prosedur dan aturan, tetapi tidak melaksanakan atau mengikuti dengan semestinya dan mengatakan alesan yang tidak tepat, guru dapat menggunakan hukuman ringan, misalnya haknya dikurangi.
f)    Mengubah aktivitas. Kadang-kadang penyimpangan tingkah laku terjadi jika siswa bosan dengan tugas-tugas mereka atau menghafal materi pelajaran yang kurang berguna.
Aspek pendekatan Evertson dan Emmer dalam merumuskan sistem pengelolaan yang efektif adalah mengembangkan tanggung jawab siswa (accountability). Fase ini meliputi beberapa tingkah laku penting.
a)    Jelaskan tugas-tugas pekerjaan termasuk detail-detail selengkap mungkin, kapan hari terakhir dikumpulkan, dan bagaimana prosedur menyusun tugas
b)   Komunikasikan tugas-tugas sehingga tiap siswa tahu secara tepat apa yang harus dilakukan dan bagaimana prosedur menyusun tugas.
c)    Monitoring pekerjaan siswa selama dikelas dengan berkeliling diantara siswa dan mengecek secara sistematis kemajuan setiap siswa.
d)   Periksa tugas siswa untuk memberikan umpan balik terhadap tugas yang diberikan dan untuk memperbaiki tugas yang akan datang.
e)    Berikan umpan balik kepada siswa dengan mengembalikan pekerjaan siswa secepat mungkin.
Tanggung jawab yang utama adalah mengomunikasikan kepada siswa apa yang betul-betul guru maksudkan, apa yang guru katakan, dan prosedur atau aturan-aturan apa yang telah guru buat untuk dikembangkan pada hari-hari pertama tahun ajaran baru. Semua ini tidak akan membuat siswa menunggu terlalu lama hal-hal yang tidak konsisten antara apa yang guru katakan dan apa yang guru lakukan.  

E.            Kedisiplinan
Beberapa topik dalam psikologi pendidikan adalah penting untuk para guru. Dalam kenyataanya, pengelolaan kelas yang baik adalah salah satu dari sebagian besar faktor yang mendorong siswa belajar akademik. Salah satu peran yang paling penting untuk guru dalam mencapai pengelolaan kelas yang baik adalah kepemimpinan. Situasi yang berbeda memerlukan bentuk kepemimpinan yang berbeda, tetapi juga harus dicocokkan dengan tanggung jawab guru. Ada uda tugas utama untuk seorang pemimpin. Pertama adalah mengembangkan suasana kerja yang yang baik dan yang kedua adalah mempertahankan lingkungan yang positif ketika timbul masalah.
Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik dikelas. Pertama adalah perencanaan, meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Langkah kedua adalah mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan. Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian. Langkah ketiga adalah merespons secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul (seperti yang selalu guru lakukan).
Penggunaan waktu yang efisien dan kegiatan pengajaran yang diatur secara hati-hati akan mengurangi sebagian besar masalah tingkah laku, termasuk tingkah laku yang lebih serius. Banyak masalah tingkah laku timbul karena siswa frustasi atau bosan disekolah. Bagaimanapun juga “kelas yang baik” bukanlah satu-satunya yang dapat menjamin tingkah laku yang tepat. Disamping pengaturan kelas untuk mengurangi seringnya masalah tingkah laku, guru juga harus mempunyai strategi untuk menghadapi tingkah laku yang tidak diinginkan.
             1.                   Kepemimpinan dalam Kelas
Kepemimpinan adalah penting adalah penting untuk pengajaran yang sukses, pengajaran lebih terlibat dari pada memimpin. Beberapa guru menggunakan waktu dan usahanya langsung untuk pengajaran, dan beberapa guru menggunakan waktu untuk penilaian. Jika guru sebagai pemimpin kelompok mampu menciptakan struktur organisasi yang efisien dan lingkungan pekerjaan yang baik, maka pengajaran dan penilaian dapat dikerjakaan bersama. Pola kepemimpinan yang mengembangkan (memudahkan) lingkungan belajar yang positif, akan menunjukkan bahwa lingkungan yang demikian akan membuat pengajaran dan penilaan terjadi.
Guru adalah seorang pemimpin yang sukses, mereka akan membantu siswa mengembangkan suatu sistem hubungan yang mendorong kerja sama. Standar dan aturan harus ditegakkan, menjamin keadilan, melindungi kebenaran individu, tetapi tidak kontradiksi dengan kebijaksanaan sekolah. Tugas lain untuk guru adalah membuat lingkungan positif dengan membantu siswa menghadapi konflik, perubahan dan stres.
             2.          Struktur dan Kebebasan
Siswa harus lebih banyak belajar di sekolah. Harapannya mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuan mereka dan apa yang dipelajari sangat menyenangkan dan memuaskan. Suatu lingkungan kelas yang hangat, mendukung, dan menerima adalah penting dalam mengembangkan sikap-sikap diatas.
Lingkungan kelas yang sehat tidak dapat diciptakan jika siswa tidak respek atau menghargai guru dan guru tidak menghargai siswa. Guru adalah pemimpin dikelas dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan kelas. Walaupun guru sebaiknya bersama-sama dengan siswa dalam melaksanakan aturan-aturan sekolah atau kelas. Tetapi ketika guru harus mengatur dan mengorganisasi kelas, mereka adalah pemimpin yang mengembangkan dan “memaksa” siswa untuk tunduk pada peraturan-peraturan yang telah dibuat. Aturan-aturan dan prosedur ini harus menjadi sifat yang kedua bagi siswa. Guru-guru yang tidak mengembangkan wibawa mereka barangkali menghabiskan waktu untuk menghadapi masalah-masalah tingkah laku, atau berteriak di muka kelas dan mengaharapkan pelajaran yang diberikan dapat lebih efektif.
             3.          Mengatur Tingkah Laku yang Tidak Tepat
Masalah-masalah tingkah laku yang paling menjengkelkan bagi guru adalah setiap hari menghadapi  gangguan-gangguan yang relatif kecil. Tingkah laku yang tepat adalah bila mereka sedang bermain, tetapi tidak didalam kelas. Ini meliputi berbicara keras, keluar kelas tanpa minta izin, gagal mengikuti aturan kelas, dan tidak ada perhatian. Memang tingkah laku ini tidak begitu serius, tetapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil mungkin dengan lingkungan belajar yang cocok yang dapat diciptakan.
Prinsip-prinsip campur tangan guru sebaiknya seminim mungkin. Dalam menghadapi masalah-masalah tingkah laku yang selalu ada dikelas, prinsip yang paling penting adalah tingkah laku harus dibetulksn dengan menggunakan campur tangan (intervention) yang paling sederhana. Tujuan guru dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat yang dilakukan terus-menerus secara rutin oleh siswa adalah sesuatu yang efektif dan menghindari gangguan yang terjadi dikelas. Jika mungkin, pelajaran “jalan terus” sementara mengahadapi masalah tingkah laku. Suatu rangkaian strategi menghadapi masalah tingkah laku dimulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar, dan akan kita bicarakan dibawah ini. Strategi ini meliputi:
a)    Pencegahan
Masalah tingkah laku dapat dicegah dengan membuat aturan dan prosedur secara jelas, memberikan kesibukan kepada anak-anak dengan memberikan tugas-tugas dan menggunakan teknik-teknik lain yang efektif untuk mengatur kelas. Isi pelajaran yang bervariasi, menggunakan pendekatan dan bahan-bahan pelajaran yang bermacam-macam, humor  dan antusias, semua ini dapat mengurangi masalah tingkah laku. Frustasi disebabkan oleh pelajaran yang terlalu amat sulit, atau pekerjaan rumah yang tidak realistis panjangnya yabg sebetulnya dapat dipilah ke dalam beberapa bagian. Kelelahan dapat dikurangi dengan jam istirahat sebentar, dengan memberikan berbagai fasilitas, dan pelajaran-pelajaran yang sulit dapat diberikan pada pagi hari karena siswa masih segar bugar untuk menerima pelajaran.
b)   Isyarat nonverbal
Banyak tingkah laku tidak tepat yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas yang dapat dikurangi tanpa mengganggu momentum pelajaran, yaitu dengan menggunakan isyarat nonverbal. Membuat kontak mata dengan seorang siswa yang bertingkah laku tidak tepat mungkin cukup untuk menghentikan tingkah lakunya. Mendekati siswa yang bertingkah laku, tidak tepat juga selalu merupakan isyarat bagi siswa untuk berhenti bertingkah laku yang kurang tidak tepat. Jika semua ini gagal, dapat dengan menepuk pundak mereka yang barangkali efektif. Semua strategi nonverbal ini secara jelas menyampaikan pesan yang sama, yaitu “Saya melihat apa yang sedang kamu lakukan dan saya tidak menyukai itu. Saya harap kamu kembali bekerja.” Keuntungan dari pesan nonverbal ini adalah pelajaran tidak perlu terganggu atau diinterupsi. Sebaliknya, teguran atau cercaan verbal dapt menyebabkan sakit hati. Banyak siswa berhenti bekerja karena mendengarkan teman mereka dicerca guru.
c)    Pujian yang tidak cocok
Pujian dapat menjadi motivasi bagi banyak siswa. Salah satu strategi untuk mengurangi penyimpangan tingkah laku dikelas adalah dengan memuji tingkah laku siswa yang tidak cocok dengan tingkah laku yang anda inginkan. Jika siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk keluar tanpa izin, pujilah dia pada kesempatan lain ketika dia melakukan pekerjaan dengan baik.
d)   Membetulkan tingkah laku dan pujian pada siswa lain.
Ini sering dilakukan untuk seorang siswa yang bertingkah laku yang tidak kita inginkan dengan memuji tingkah laku siswa lain. Contoh, jika Kiki tetap saja tidak segera melakukan tugasnya guru mungkin dapat mengatakan. “Saya senang melihat kamu semua bekerja dengan baik. Nino bekerja dengan baik, Tommy bekerja dengan baik, Wiwiek bekerja dengan baik.” Jika Kiki tetap saja membuang-buang waktu untuk segera tidak melakukan tugasnya, guru harus memuji dia juga tanpa menyinggung tingkah lakunya. “Saya lihat Siti Zubaidah dan Kiki bekerja dengan baik.”
e)    Memperingatkan secara lisan.
Jika isyarat nonverbal tidak mungkin atau tidak efektif, peringatan dengan kata-kata sederhana mungkin membantu siswa yang bertingkah laku tidak tepat. Mengingatkan harus diberikan segera sesudah siswa bertingkah laku tidak tepat.  Menunda peringatan tidak akan efektif. Jika mungkin, ingatkan siswa dengan kata-kata yang berhubungan dengan tingkah laku yang dilakukan siswa dari pada dengan mengatakan apa kesalahannya.
f)    Mengingatkan berulang-ulang.
Peringatan nonverbal sering memberikan reinforcement pada siswa lain. Peringatan sedikit cukup untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Tetapi, kadang-kadang beberapa siswa menguji keputusan guru dengan tidak mau melakukan pekerjaan yang diberikan guru dan memberikan berbagai alasan. Ujian ini akan hilang jika siswa belajar bahwa guru tahu apa yang mereka maksudkan.Jika siswa menolak untuk tunduk atau menurut, guru dapat menggunakan strategi dengan peringatan sederhana atau dengan mencoba mengulang peringatan. Guru harus segera memutuskan apa yang mereka inginkan dari siswa untuk melakukan sesuatu.
g)   Menerapkan konsekuen.
Jika semua langkah yang telah disebutkan sebelumnya tidak efektif, kita coba dengan menggunakan konsekuen. Contoh konsekuen ialah dikeluarkan dari kelas, tetap tinggal dikelas setelah sekolah selesai, atau memanggil orang tua siswa. Konsekuen dapat dilakukan dengan lembut dengan mengatakan, “Saya tidak dapat menoleransi tingkah lakumu itu, tetapi ini tidak berarti saya benci kepadamu, saya tetap memperhatikan kebutuhanmu. Saya ingin  kamu masuk kelas lagi setelah kamu merasa ingin masuk kelas lagi.” Setelah menjatuhkan konsekuen, guru harus tetap menerima siswa dan tidak dendam dan tidak memandang sinis.
h)   Reinforcement negatif.
Pendekatan lain untuk mengubah tingkah laku yang tidak tepat adalah melibatkan reinforcement negatif. Prinsip dasar pendekatan ini adalah memberikan kepada siswa satu alternatif. Jika berhenti melakukan X dan mulai melakukan Y, kamu dapat keluar dari situasi yang tidak menyenangkan ini. Contoh: “Tia, jika kamu cepat berpakaian, kita segera kerumah nenek.” Tingkah laku negatif (membuang –buang waktu di kamar) dihadapi dengan memusatkan pada tingkah laku positif (berpakaian cepat-cepat). Reinforcement untuk berpakaian cepa-cepat adalah positif, yakni segera ke rumah nenek. Reinforcement negatif adalah hilangnya situasi yang tidak menyenangkan (kamar yang membosankan).
i)     Berlatih positif 
Berlatih positif adalah suatu strategi untuk membantu siswa dalam mengganti tingkah laku yang satu dengan tingkah laku yang lain. Pendekatan ini biasanya diterapkan pada masalah-masalah akademik. Ketika siswa membuat kesalahan, mereka harus segera membetulkan kesalahan iti dan melatih respons yang benar. Shapiro (1990)  mengunakan prosedur ini dan mengombinasikannya dengan reinforcement positif untuk memperbaiki ejaan. Siswa diberi hadiah jika kata-kata yang mereka eja benar  dan mereka harus berlatih kata-kata yang salah eja dalam berbagai cara (menulis kalimat yang benar, mengeja fonetik, dan sebagainya). Prinsip yang sama dapat diterapkan jika siswa melanggar aturan kelas. Meskipun dihukum siswa harus berlatih memilih alternatif yang benar dalam menepati aturan kelas.

F.            Program Khusus Untuk Pengelolaan Kelas
Sistem reinforcer yaitu lebih formal. Ada tiga kemungkinan, yaitu konsekuensi atau tanggung jawab kelompok (group responssibility), program token (token reinforcement programs), dan program kontrak (contingency contract program)
1.    Tanggung Jawab Kelompok
Penguatan (reinforcement) dapat didasarkan pada tingkah laku seluruh kelas dengan cara menjumlahkan tingkah laku masing-masing siswa. permainan tingkah laku baik adalah contoh dari pendekatan ini. Satu kelas dipisah menjadi dua tim. Aturan khusus untuk tingkah laku baik ditetapkan. Setiap kali seorang siswa melanggar satu aturan, tim dari siswa itu diberikan angka. Tim dengan sedikit angka akan menerima hadiah khusus khusus atau hak-hak istimewa ( istirahat lebih lama,diberikan ekstra waktu dalam membuat eksperimen dan sebagainya) pada akhir satu periode. Jika kedua tim mendapatkan kebih sedikit dari jumlah angka yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka kedua tim mendapatkan hadiah.
Harris dan Sherman (1987) menemukan bahwa satu kriteria yang sama dengan empat angka bekerja efektif dalam menentukan tingkah laku yang baik. Sebagian besar studi ini menunjukkan bahwa walaupun hanya menghasilkan perbaikan kecil dalam prestasi akademik, permainan ini dapat menghasilkan perbaikan yang nyata atau pasti dalam tingkah laku yang didaftar sebagai aturan tingkah laku yang baik. Kelas dibagi ke dalam tim, dan memberikan angka kepada satu atau kedua tim mengikuti aturan. Anggota tim akan menang atau kedua tim, jika setiap anggota menerima sejumlah angka yang diperlukan, kemudian hadiah dikumpulkan mereka sekali dalam seminggu (Fihbein dan Wasik,1991). Penelitian lain menemukan bahwa permainan tingkah laku yang baik (good behavior) lebih efektif dari pada perhatian guru mengontrol tingkah laku yang mengganggu di kelas 4 dan 5 SD. Tambahan  lagi, guru lebih memilih teknik permainan dari pada teknik memuji tingkah laku yang baik dan mengabaikan tingkah laku yang idak diinginkan (Warner, Miller dan Cohen, 1998).
Pendekatan kedua melibatkan reinforcement yang berdasarkan tingkah laku kelompok secara keseluruhan. Wilson dan Hopkin (1983) memimpin suatu penelitian dengan menggunakan tanggung jawab kelompok untuk mengurangi kegaduhan.
Peringatan. Dalam banyak cara, program menggunakan konsekuen atau tanggung jawab kelompok telah sukses berdasarkan konsekuen individu. Bagaimanapun juga, kewaspadaan diperlukan untuk menerapkan pendekatan kelompok. Beberapa sistem memerlukan siswa secara individu untuk mendapatkan angka bagi seluruh kelompok. Konsekuensi dari kegagalan mungkin besar, terutama untuk siswa yang mempunyai kesulitan dalam berteman.
Bahkan dengan prosedur yang melibatkan semua siswa, tekanan dari peer atau kelompok mungkin memberatkan siswa yang tidak dapat memuaskan kelompok dengan mengumpulkan angka yang diperlukan, atau siswa harus bertanggung jawab jika kehilangan angka. Tekanan peer atau kelompok ini tidak selalu mudah bagi guru untuk memonitor. Tekanan peer dalam bentuk dukungan atau dorongan dapat berpengaruh positif. Guru mungkin dapat menunjukkan siswa bagaiman memberikan dukungan dan umpan balik yang konstruktif kepada teman-teman sekelas. Tanggung jawab kelompok adalah salah satu dari banyak program khusus.
2.    Program Token Reinforcement
Sistem token reinforcement ―penguat sekunder seperti mata uang yang dapat ditukarkan untuk membeli kepuasaan primer ― dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan membiarkan semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan akademik dan tingkah laku positif dikelas. Token mungkin berupa, angka, check, kartu, mainan yang berbentuk uang, atau apa saja yang mudah diidentifikasi sebagai milik siswa. Secara periodik siswa menukar token yang telah mereka dapat untuk beberapa hadiah yang mereka inginkan.      
Menurut O’Leary dan Drabmant (1981), program token telah sukses mengurangi tingkah laku yang mengacau, menambah belajar, dan mengarah pada prestasi akademi yang lebih besar dalam berbagai kelas. Contoh yang baik dari progran token dapat ditemukan dalam penelitian Rollin, McCandles, Thomson, dan Brassel (1989). 16 guru dilatih dalam loka karya dengan menggunakan teknik memuji dan mengabaikan tingkah laku yang tidak diinginkan dan token reinforcement. Pada tahun berikutnya, mereka melaksanakan prosedur ini dikelas satu, dua, tiga, enam, delapan. Prestasi siswa dalam semua kelas ini dibandingkan dengan prestasi dari siswa yang sama dalam empat belas kelas yang dibandingkan.
Siswa diberikan token untuk tingkah laku positif, dalam hal ini adalah kartu hadiah. Program token menghabiskan waktu, keuntungan yang didapat sangat bermanfaat. Dengan program yang diorganisasi dengan baik, beberapa siswa barang kali dimaafkan. Hak-hak khusus dan pekerjaan yang sering diberikan untuk siswa yang terbaik dalam membantu guru, membantu sebagai pimpinan, bekerja pada proyek secara bebas, dapat dibuat sebagai bagian dari sistem reward yang tersedia untuk semua siswa. setiap siswa yang terlibat dalam  program token reinforcement juga mempunyai bukti yang dapat dilhat dari kemajuan yang dibuat, dalam bentuk token yang dapat dihitung setiap hari. Akhirnya, siswa dapat belajar sejumlah pelajaran yang penting dalam program token.
Beberapa variasi dimungkinkan dalam membuat program token. Dalam beberapa program siswa dilatih untuk menjadi manager, membagikan token, dan membebaskan guru untuk memusatkan pada kegiatan lain. Variasi lain adalah membiarkan siswa untuk mendapatkan token dikelas dan saling menukar hadiah dirumah. Rencana ini sangat sukses ketika orang tua bersedia untuk bekerja sama. Catatan atau laporan tertulis selalu dikirim kerumah setiap hari atau dua kali seminggu. Catatan ini menunjukkan jumlah angka yang didapat awal periode. Angka mungkin ditukar untuk melihat teve beberap menit, memperoleh mainan khusus, waktu untuk bertemu dengan orang tua, atau menabung hadiah yang lebih besar seperti berekreasi ke suatu tempat. Apapun variasinya, sejumlah langkah dasar harus diambil dalam mengatur program token reinforcement. Pedoman akan diberikan pada orang lain.
3.    Program Kontrak
Dalam program kontrak, guru menyusun kontrak individu dengan setiap siswa untuk menjelaskan secara tepat apa yang harus siswa lakukan untuk mendapatkan hak-hak khusus atau hadiah. Proses negoisasi dapat menjadi pengalaman pendidikan itu sendiri sebagai siswa yang belajar untuk tujuan yang pantas dan patuh pada aturan kontrak reinforcement juga harus dinyatakan dalam istilah yang sangat khusus dan dalam kasus penawaran reward tidak hanya untuk siswa yang malu terlibat tetapi juga untuk seorang teman.
Jika kita ingin membuat skala program hadiah dikelas, sebaiknya kita mencari nasihat dari seorang profesional. Sering konselor sekolah, psikolog atau kepala sekolah dapat membantu. Sebaiknya, kita tetap harus hati-hati menggunakan program hadiah ini. Penerapan yang tidak tepat dan metode yang diberikan hadiah eksternal, dapt mengurangi motivasi instrinsik siswa untuk belajar. Tujuan pengajaran adalah untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
           
G.           Mengidentifikasi Masalah-Masalah Di Kelas
1.    Mengidentifikasi  Masalah
Ahli-ahli psikologi klinikal mengidentifikasi beberapa tingkah laku yang berbeda, yang merupakan tanda-tanda pada masalah serius pada siswa antara lain agresif, curiga, over sensitif, pemimpi, dan tingkah laku anti sosial lain, yang telah menghalangi tujuan siswa. Tingkah laku sosial dan menyendiri jika di hubungkan prestasi akademik hasilnya rendah. Adapun tingkah laku tersebut antara lain sebagai berikut.
a)    Sangat tergantung pada guru atau siswa lain terhadap suatu hal, di mana anak tidak mampu atau tidak bersedia mencoba tugas yang di bebankan kepada nya.
b)   Hubungan dengan guru sangat jauh, siswa curiga, takut atau tidak percaya pada guru.
c)    Tidak sabar dan rendah diri hal ini mengganggu kemampuan untuk merencanakan sesuatu, dan akan mempengaruhi tugas-tugas yang kemungkinan akan berakibat banyak kesalahan.
d)   Motivasi pribadi rendah, inisiatif dan keterlibatannya dapat di nyatakan dalam bentuk kuran nya berpartipasi dalam pekerjaan-pekerjaan di kelas dan enggan untuk mengungkapkan  pikiran-pikirannya kepada guru atau teman sekelas.
e)    Jawaban-jawaban yang tidak relevan dan banyak bicara yang menginterupsi kegiatan kelas merupakan gambaran seorang anak yang ingin menarik perhatian.
f)    Permusuhan, pertentangan, perasaan, dan perbuatan-perbuatan negatif. Sikap-sikap ini dinyatakan dalam banyak bentuk, nilai dari meremehkan pelajaran sampai memanggil nama guru atau merusak milik sekolah.
Dari timbulnya masalah-masalh tersebut, kalau kita selidiki lebih dalam sebetulnya ada penyebabnya, seperti kemiskinan, penolakan orang tua, kemampuan yang rendah yang menyebabkan frustasi kurikulum yang tidak relevan, dan sekolah yang kacau.
2.    Cara Penyelesaian
Cara penyelesaian yang paling baik adalah dengan melakukan preventif, yaitu menghindari kesempatan dan insentif untuk tingkah laku menyimpang sebelum tingkah laku terjadi. Pengaturan kelas menunjukkan pada memotivasi siswa untuk melakukan tugas mereka, dan belajar mengurangi campur  tangan dalam kegiatan kelas sehari-hari . Mengatur kelas memerlukan keterampilan-keterampilan dan teknik- teknik, seperti “ menunjukkan kehangatan dan sabar”, “ menciptakan hubungan yang baik (rapport)”, “membuat belajar menarik”. Diantara taktik lain, guru yang menaruh perhatian dengan pengaturan kelas yang baik akan:
a)    Mengembangkan aturan-aturan yang jelas dan masuk akal, tetapi sesedikit mungkin,
b)   Mengembangkan harapan-harapan positif dan hubungan kerja sama yang baik, dan
c)    Membiarkan siswa-siswa tahu bahwa mereka harus bertanggung jawab atas tingkah laku dan tugas-tugas mereka.






BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa Pengelolaan Kelas sangat di butuhkan untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Terdapat beberapa pentingnya Pengelolaan kelas diantaranya :
                  1. Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran
                  2. Melanjutkan interaksi dengan siswa
                  3. Menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda
                  4. Mengembangkan tata tertib
                  5. Melaksanakan pengajaran
                  6. Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar
                  7. Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran
                  8. Membuat tes dan melakukan penilaian.















DAFTAR PUSTAKA
Haris Mujiman. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Padmono. Manajemen Kelas. Solo. Universitas Sebelas Maret.
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:  Grasindo.